Manfaat Hidup Melajang
Paulus berkata, "Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa
kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada
perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Orang yang beristeri
memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat
menyenangkan isterinya." (1 Korintus 7:32-33)
Orang yang hidup melajang memiliki lebih banyak waktu
untuk mengabdikan hidupnya kepada Tuhan. Mereka bisa punya banyak waktu
untuk berdoa, merenungkan firman Tuhan, dan melayani Tuhan, dibanding
mereka yang menikah. Sering kali, gereja menerima banyak berkat dari
wanita lajang yang setia dan aktif dalam pelayanan. Mereka dapat
melakukan pekerjaan-pekerjaan, yang oleh orang yang sudah menikah
dianggap "terlalu menyibukkan". Mereka yang melajang memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk melakukan hal-hal bagi sesama dan sahabatnya,
yang tidak dapat dilakukan orang lain. Misalnya, membawakan makanan
kepada orang sakit, mengasuh anak-anak kecil ketika orang tuanya sedang
sakit.
Pria lajang juga memiliki banyak waktu luang yang
dapat disumbangkan untuk pekerjaan Tuhan. Mereka dapat terlibat dalam
pelayanan anak-anak dan remaja. Jika mereka memiliki bakat di bidang
musik, kemampuan ini dapat dibagikan kepada anggota jemaat. Selain itu,
mereka juga dapat menjadi pelayan yang efektif di kalangan kelompok
lajang di gereja setempat.
Manfaat lain yang dinikmati kaum lajang ialah mereka
memiliki waktu luang untuk mengadakan rekreasi bersama. Selain itu,
banyak kaum lajang mengikuti kegiatan utusan Injil jangka pendek yang
dilakukan beberapa badan misi. Mereka mengisi kebutuhan mendesak di
daerah-daerah yang membutuhkan guru dan perawat. Mereka lebih mampu
menyesuaikan diri dan akomodasi juga lebih kecil.
Kaum lajang juga dapat menikmati penghasilan lebih
besar daripada orang yang sudah menikah. Mereka bisa menabung dan
berinvestasi dari kelebihan gaji mereka. Kaum lajang juga perlu memiliki
asuransi kesehatan dan asuransi penguburan karena tidak memiliki
seorang pun yang bertanggung jawab bila ia sedang sakit atau tidak
mampu. Saat usia sudah sah menurut hukum, mereka juga perlu memiliki
surat wasiat. Dengan manajemen yang baik, mereka bisa melakukan lebih
banyak bagi Kristus dalam bidang penatalayanan Kristen, dibanding
pasangan suami istri.
Kerugian Hidup Melajang
Salah satu kerugian terbesar hidup melajang ialah
kesepian. Ada perbedaan antara hidup sendiri dan kesepian. Menurut
McGinnis, "Hidup sendirian bersifat fisik -- orang itu berada dalam
situasi di mana tak seorang pun berada di dekatnya. Sedangkan kesepian
lebih bersifat psikologis. Seseorang dapat saja memiliki banyak teman,
tetapi tetap merasa kesepian." McGinnis mengutip Rark yang mengatakan,
"Kesepian ialah ketika Anda dipaksa untuk sendirian, bertentangan dengan
kehendak Anda." Ia menyimpulkan: "Sendirian itu positif; kesepian itu
negatif". Misalnya, ada waktu tertentu bagi kita untuk sendirian dengan
tujuan mengadakan saat teduh dengan Tuhan, atau sekadar menjauhkan diri
dari kegiatan orang banyak untuk menikmati saat tenang setelah
berinteraksi dengan banyak orang.
Kesepian biasanya bukan suatu masalah jika seorang
tinggal bersama orang tuanya. Ada orang yang bahagia ketika mereka
sedang sendirian. Kebanyakan orang bisa hidup bermasyarakat, walaupun
mereka mungkin menikmati hidup sendirian. Masalahnya menjadi rumit bila
orang yang melajang pindah ke dalam situasi yang lain dan harus
membentuk kelompok baru. Orang Kristen memiliki keuntungan karena mereka
dapat bergabung dengan sebuah gereja lokal, berteman, dan menikmati
persekutuan kristiani. Gereja tidak dapat menggantikan posisi orang yang
dikasihi, terutama pada hari-hari raya, ketika biasanya keluarga
berkumpul di rumah orang tua.
Mereka yang melajang dapat mengatasi masalah ini
dengan mengundang orang lain untuk makan bersama dan mengadakan
persekutuan pada hari raya. Witte menceritakan bahwa ia sangat
merindukan kehadiran keluarganya pada Hari Natal, tetapi ia tidak
memperoleh tiket untuk pulang. Ia sebelumnya pernah bekerja di sebuah
pemancar radio. Jadi, ia meminta pemancar itu mengumumkan bahwa bila ada
kaum lajang yang tidak dapat pulang ke rumahnya, mereka dapat datang ke
rumahnya hari itu. Ia menyiapkan hadiah dan makanan tradisional untuk
setiap orang yang hadir. Ia mengakui bahwa tindakan ini memerlukan
keberanian. Tapi, tindakan ini memberikan manfaat besar, baik bagi
dirinya maupun bagi mereka yang menghadiri pertemuan tersebut.
Salah satu solusi untuk mengatasi kesepian bagi kaum
lajang -- berjenis kelamin sama -- adalah hidup di bawah satu atap.
Mereka dapat membina persahabatan, kesenangan yang sama, dan kasih
kepada Tuhan Yesus. Selain itu, ada juga manfaat ekonomis karena biaya
perawatan rumah ditanggung bersama. Perlu diperhatikan aspek hukumnya
yaitu jika tanah dibeli bersama, maka setiap individu yang terlibat
harus memiliki akta. Suatu persetujuan yang rinci dan jelas harus ada,
misalnya bagaimana perawatan dilaksanakan. Persetujuan seperti itu
mungkin bermanfaat secara keuangan, tetapi hal yang sama juga dapat
menjadi bibit persengketaan apabila persahabatan hancur.
Semua orang memiliki kebutuhan untuk dimiliki. Orang
yang melajang dapat mengatasi kesepian dengan menjadi anggota kelompok
tertentu. Contohnya, menjadi anggota kelompok lajang di gereja, kelompok
atletik seperti tim boling. Kelompok semacam ini dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mengadakan persekutuan bersama. Akan tetapi, berada
dalam satu kelompok juga tidak dengan sendirinya mengurangi kesepian.
Ada saat-saat tertentu ketika seseorang mengalami kesepian dan depresi.
Penting bagi orang seperti itu mengenal kasih Allah terhadap dirinya.
Sroka menyarankan agar orang yang kesepian mengambil prakarsa untuk
menyelesaikan masalahnya. Orang itu harus bisa menerima risiko
penolakan.
Jeremiah memberikan lima prinsip untuk menolong kaum
lajang mengatasi kesepian. Ia menasihati orang yang kesepian untuk
menyatakan "kelajangan Anda, menerima hidup melajang sebagai pemberian
Allah, mengizinkan diri Anda bertumbuh, mengaktifkan kelajangan Anda,
dan meneguhkan kelajangan Anda dengan ucapan terima kasih."
Revolusi seksual mungkin memengaruhi kehidupan kaum
lajang dibanding kelompok-kelompok lain. Dalam masyarakat muncul suatu
kebutuhan baru -- seksual, bagi kaum lajang untuk bertemu dengan kaum
lajang lainnya di tempat hiburan. Para penganut aliran moralitas baru
telah menciptakan gaya hidup baru. Seorang pria lajang dan wanita lajang
hidup bersama tanpa menikah secara hukum. Hal tersebut sungguh tak
bermoral dan bertentangan dengan iman Kristen.
Seberapa jauh ekspresi seksual diizinkan antara
seorang laki-laki dan perempuan Kristen? Dengan semua standar kekudusan
hidup yang diajarkan dalam Alkitab, kita beranggapan bahwa
pertanyaan-pertanyaan ini mudah dijawab dan ditaati. Mereka yang sudah
kecanduan dengan gaya hidup moralitas baru dapat memperoleh banyak
alasan untuk terlibat dalam pernikahan, namun di "luar pernikahan".
Bahkan ketika alasan-alasan itu ditolak, masih tersisa beberapa
pertanyaan sulit. Dapatkah seseorang, selama hidupnya tidak melakukan
hubungan seks? Dapatkah seseorang yang pernah mengalami kepuasan seksual
dengan seorang pasangan, "menyangkali diri" dari perbuatan ini setelah
pasangannya meninggal? Apakah dibenarkan untuk berhubungan seks jika
Anda sudah menjalin "hubungan yang penuh arti"?
Jawaban Alkitab terhadap pertanyaan semacam itu tentu
saja: Tidak! Paulus menulis dalam 1 Korintus 6:18, "Jauhkan dirimu dari
percabulan!" Dalam 2 Timotius 2:22, ia memperingatkan Timotius untuk
"menjauhi nafsu orang muda". Petrus menasihati orang percaya dengan
mengutip seruan Allah kepada umat pilihan-Nya, Israel, "Kuduslah kamu
sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16) Kemudian Petrus menasihati dengan
jelas, "Jika engkau makan atau jika engkau minum... lakukanlah semuanya
itu untuk kemuliaan Allah." (1 Korintus 10:31) Seks merupakan karunia
Allah dan untuk digunakan dalam pernikahan.
Perbedaan antara seks (sebagai suatu hubungan fisik)
dan seksualitas (ekspresi maskulinitas dan femininitas) membutuhkan
penekanan. "Seksualitas laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari
rencana Allah yang baik". Seksualitas, menurut Smoke, menyangkut
keintiman, kasih, perasaan, pertimbangan, kebaikan, perhatian, dukungan,
dan kepercayaan. Seksualitas merupakan keterlibatan dengan seseorang
secara utuh dan lengkap. Banyak kaum lajang yang berharap membangun
hubungan dengan lawan jenis, dan ini termasuk ekspresi dalam seksualitas
mereka.
Saling berpegangan tangan, berciuman, dan bentuk lain
dari kasih sayang itu perlu dan sehat. Pasangan suami istri harus
membicarakan emosi mereka dan bagaimana perasaan mereka mengenai
berbagai tahapan ungkapan kasih secara fisik. Misalnya, apa makna ciuman
bagi seseorang. Komunikasi memampukan suami istri untuk menarik garis
pedoman, sehingga tidak terlibat secara seksual sampai pada tahapan yang
sulit, sesuatu yang sulit untuk dibendung lagi. Dengan adanya pedoman,
"mereka tidak akan berselisih". Sekali landasan ini disetujui, suami
istri bebas menguji kekuatannya dalam bidang-bidang lain dalam hubungan
mereka.
Kaum lajang yang belum menerima Kristus harus menilai
kembali hubungan seksual mereka karena semakin menyebarnya wabah
penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Penyakit ini
merupakan infeksi viral yang disebabkan oleh virus Human Imunologi
Deficiency Virus (HIV), yang menimbulkan kurangnya kekebalan tubuh.
Mcllhaney memperkirakan bahwa AIDS menyebar melalui pertukaran cairan
tubuh yang sudah terinfeksi, produk darah, dan semen (dan mungkin juga
ludah atau bahkan air mata). Kebanyakan individu terkena HIV melalui
kontak seksual, termasuk hubungan genital secara oral, melalui anus, dan
bahkan "French Kiss". Para pemakai obat bius yang menggunakan jarum
suntik yang sudah terkontaminasi dengan HIV, dapat juga terkena infeksi.
Mcllhaney membuat pernyataan yang menyedihkan, "Tak ada obat untuk
AIDS, dan orang yang terinfeksi HIV mungkin akan mengembangkan AIDS, dan
akhirnya meninggal karena efek penyakit tersebut. AIDS pada dasarnya
merupakan 'hukuman mati'".
Orang yang memilih untuk melajang juga menghadapi
keadaan yang tidak menyenangkan, yang harus diatasi ketika berhadapan
dengan teman-teman yang ingin melihat mereka menikah. Biasanya,
teman-teman seperti itu sulit untuk mengerti bahwa teman mereka yang
melajang hidup bahagia. Seorang wanita menjelaskan kesulitan yang
dimiliki rekan sekerjanya untuk memahami mengapa ia tidak menikah.
"Ketika saya menceritakan kepada mereka bahwa saya bahagia dan tidak
ingin menikah atau menjadi seorang ibu, mereka kelihatan sulit
menerimanya. Mereka tidak dapat memahami posisi saya dan saya pikir
mereka juga tidak memercayainya." Sebuah survei yang dilakukan pada
tahun 1982 menunjukkan bahwa, 55 persen wanita lajang dan 50 persen pria
lajang mengatakan bahwa gaya hidup mereka "luar biasa" atau "sangat
menyenangkan".
Tak seorang pun dapat menyangkal bahwa ada berkat
yang dinikmati oleh pasangan suami istri yang menikah, berkat yang tak
pernah diketahui oleh mereka yang melajang. Adalah wajar jika pasangan
suami istri mendambakan teman-teman lajang mereka menikah dan menikmati
berkat-berkat seperti itu. Konsekuensinya, jika satu pasangan suami
istri melihat prospek untuk menolong seorang laki-laki dan perempuan
lajang untuk saling mengenal, mereka tidak dapat menahan diri untuk
berfungsi sebagai Kupido [Dalam mitologi Romawi, Kupido (bahasa Latin:
Cupido) atau Amor adalah dewa cinta, Red.]. Kadang-kadang usaha mereka
dihargai dan banyak pernikahan bahagia muncul dari usaha seperti itu.
Akan tetapi, dalam banyak kasus, tindakan itu menimbulkan rasa malu baik
bagi suami istri tersebut maupun bagi teman-teman lajangnya.
Jika pasangan suami istri memperkenalkan seorang
laki-laki dengan seorang perempuan, atau ikut memupuk persahabatan yang
sudah terjalin, hal itu harus dilakukan di bawah sepengetahuan dan
persetujuan orang-orang yang dilibatkan. Suami istri yang hidup bahagia
harus menyadari bahwa ada orang yang memang tidak mau menikah dan
menyadari bahwa ada orang yang tidak membutuhkan pernikahan untuk
memperoleh kebahagiaan dalam kehendak Allah. Pasangan suami istri yang
tidak bahagia tidak akan mencoba menjadi "mak comblang", karena mereka
biasanya ingin kembali hidup melajang dan biasanya tidak ingin mendorong
orang lain untuk menikah.
0 comments:
Posting Komentar