“Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada
Abraham, kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri — demikianlah
firman TUHAN –: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak
segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku
akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat
banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan
keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah
semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan
firman-Ku.”” (Kej. 22:15-18)
Ketika Tuhan membuat ikatan janji dengan Abraham, secara langsung
ataupun tidak langsung, ikatan janji yang sama menjadi bagian warisan
Ishak ketika Ishak terhubung secara akurat dengan Abraham. Demikian pula
kita sebagai orang-orang percaya, ketika kita terhubung secara akurat
dengan bapa rohani kita, ikatan janji yang sama seperti yang Ishak
terima dari Abraham pun akan mulai kita nikmati.
Berikut ini adalah bagian dari ikatan janji itu:
1. Kita akan hidup dalam perkenanan Tuhan.
2. Kita akan hidup dalam penjagaan-Nya yang sempurna.
Tuhan telah menetapkan agar setiap orang percaya dapat menerima janji
yang sama seperti yang Ia berikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub:
Siapa yang memberkati kita akan Ia berkati dan siapa yang mengutuki kita
atau merancangkan kejahatan terhadap kita akan berurusan langsung
dengan Tuhan sendiri. Kualitas hubungan yang kita miliki dengan bapa
rohani kita akan menentukan apakah berkat yang sama yang turun dalam
hidup Ishak dan Yakub oleh karena terhubung kepada Abraham juga akan
termanifestasi dalam hidup
kita.
3. Tuhan akan memberikan kepada kita otoritas pemerintahan (Kej. 22:17b).
Lewat hidup kita, kuasa Tuhan akan mulai termanifestasi. Ke area atau
aspek kehidupan manapapun Tuhan membawa kita, di sana kita akan
berkuasa dan memiliki posisi untuk mempengaruhi. Saya percaya itu semua
akan terjadi secara ilahi karena campur tangan Tuhan dalam hidup kita.
Ketika Yusuf pertama kalinya dibawa masuk ke Mesir, ia masuk ke Mesir
sebagai seorang budak. Akan tetapi, hanya dalam kurun waktu 13 tahun
Yusuf menjadi pemimpin di sana; semua itu disebabkan karena Yusuf
terhubung secara akurat dengan bapanya, Yakub, sehingga otoritas
pemerintahan yang Tuhan janjikan
kepada Abraham, Ishak dan Yakub, juga
tergenapi lewat hidup Yusuf.
Ketika kita terhubung secara akurat dengan bapa rohani kita dan
dengan motivasi yang murni, otoritas pemerintahan yang sama yang sudah
ia terima dari Tuhan pun akan mulai termanifestasi lewat hidup kita.
4. Lewat hidup kita akan lahir suatu standar hidup yang baru untuk generasi yang baru.
Standar hidup yang dimaksud di sini bukanlah standar hidup yang lebih
rendah melainkan standar hidup yang ilahi – Tuhan akan memakai hidup
kita sebagai model di mana lewat hidup kita orang-orang lain akan mulai
belajar seperti apa sebetulnya kehidupan yang sehat dan seimbang. Karena
itu, jangan pernah ikut-ikutan dengan yang lain; jangan pernah bergaul
dengan mereka yang memang tidak mau berubah dan maju.
Pastikan kita
sedang terus berjalan bersama mereka yang melangkah menuju destiny ilahi.
5. Tuhan akan membuat hidup kita menjadi saluran anugerah-Nya (Kej. 22:18).
Satu hal yang saya pelajari, Tuhan tidak pernah menghendaki ikatan
janji yang sudah Ia buat dengan kita hanya berhenti sampai pada kita
tetapi Ia rindu untuk dapat melanjutkan ikatan janji tersebut dengan
garis keturunan kita yang selanjutnya. Itu sebabnya Ia menyebut diri-Nya
sebagai Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, karena Ia adalah
Allah antar generasi.
Dari kitab Kejadian kita akan mendapati bahwa janji yang Tuhan pernah
berikan kepada Abraham yang kemudian dilimpahkan kepada Ishak dan lalu
kepada Yakub, secara literal baru sungguh-sungguh tergenapi sepenuhnya
dalam hidup Yusuf. Yusuf hidup dalam anugerah Tuhan, sehingga walaupun
ia dibuang ke Mesir sebagai seorang budak, Alkitab berkata Tuhan selalu
menyertai Yusuf.
Pertanyaannya saat ini, bagaimana Yusuf bisa muncul menjadi pribadi yang menggenapi rencana Tuhan?
“Adapun Yakub, ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di
tanah Kanaan. Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur
tujuh belas tahun — jadi masih muda — biasa menggembalakan kambing
domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan
Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar
tentang kejahatan saudara-saudaranya” (Kej. 37:1-2)
Dalam ayat yang kedua kita akan mendapati bahwa walaupun Yakub
memiliki 12 anak laki-laki, tapi yang dicatat dalam Kejadian 37 ini
hanya Yusuf saja: “Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf…”.
Karena itu pastikan engkau terhubung secara akurat dengan bapa rohanimu,
karena ketika itulah engkau akan dapat melihat bagaimana hidupmu dengan
mudah akan mulai mewarisi satu kualitas hidup yang membuat engkau layak
menampung semua janji Tuhan.
Apa yang sebetulnya menjadi pengharapan seorang bapa rohani?
Pengharapan seorang bapa rohani hanya satu: ia memiliki garis keturunan –
anak-anak rohani – yang memiliki kualitas hidup yang sanggup
menampung
kualitas roh yang sama untuk terimpartasi.
Elia bukan hanya memiliki Elisa tetapi juga rombongan para nabi yang
lain, tapi sebelum Tuhan mengangkat Elia, yang terus mengikuti ke mana
Elia pergi hanya Elisa seorang, padahal rombongan nabi yang lain juga
tahu bahwa Elia akan diangkat ke surga tetapi mereka tidak mengambil
tindakan apapun karena mereka tidak terhubung secara akurat. Itu
sebabnya sebelum Elia terangkat ke surga, apa yang Elisa minta yaitu dua
bagian dari roh Elia bisa ia dapatkan sebagai warisan rohani.
Ketika kita terus terhubung secara akurat dengan bapa rohani kita,
kualitas hubungan yang kita miliki tersebut tanpa sadar akan membentuk
kualitas hidup kita menjadi cukup sepadan atau cukup layak untuk membawa
kualitas roh yang sama seperti yang dimiliki bapa rohani kita.
Oleh karena Yusuf terhubung secara akurat dengan Yakub, iapun mulai
mewarisi kualitas hidup yang Yakub miliki. Kualitas hidup yang seperti
apakah itu? Kejadian 37 ayat 1 berkata, “Adapun Yakub, ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di tanah Kanaan”.
Dalam terjemahan lainnya dikatakan: “Yakub diam di negeri asing sebagai
pengembara.” Namun meskipun Yakub diam di negeri asing – Kanaan – ia
tidak kemudian berubah menjadi seperti penduduk Kanaan. Kemampuan untuk
dapat bergaul tanpa menjadi serupa itulah yang diwariskan oleh Yakub
kepada Yusuf; itu jugalah yang menjadi modal utama Yusuf, karena ia
harus masuk ke Mesir tanpa berubah menjadi seperti orang Mesir.
Demikian pula dengan kita; Tuhan tidak menghendaki kita hanya menjadi
orang Kristen yang baik, tapi Ia telah menetapkan kita menjadi garam
dan terang dunia. Sebelum kita mewarisi kualitas hidup yang satu ini,
kita tidak akan pernah ditetapkan oleh Tuhan sebagai orang benar yang
akan menduduki kota-kota musuhnya. Jika kita belajar dari hidup Lot,
pada awalnya Lot hanya berkemah di dekat Sodom, lalu kemudian dia
tinggal di tengah-tengah Sodom, dan akhirnya ia menjadi pemimpin di
sana. Akan tetapi, meski Lot menjadi pemimpin di Sodom, ia telah menjadi
sama seperti orang Sodom (Kej. 13:12; 14:12; 19:1).
Sebagai seorang pemimpin, Lot seharusnya memiliki otoritas dan
pengaruh akan tetapi yang terjadi adalah yang sebaliknya. Tuhan tidak
menghendaki kita sebagai orang-orang percaya berubah menjadi seperti
dunia ini ketika Tuhan mengutus kita untuk menjadi garam dan terang
dunia. Karena itu, pastikan kita memiliki kualitas hidup yang berbeda
atau dengan kata lain having contact without contamination – kita bisa tetap bergaul tanpa menjadi serupa.
Bagaimana caranya agar kita bisa bergaul tanpa menjadi serupa?
1. Pastikan kita terus menetapkan dengan jelas
prinsip-prinsip hidup yang mutlak dan tak ternegosiasikan kepada
orang-orang lain.
Jika kita tidak pernah mengijinkan orang-orang di sekitar kita tahu
bahwa kita berketetapan untuk hidup dalam kebenaran, mereka akan selalu
berusaha untuk “menawar” kita untuk melihat apakah kita bisa
“dinegosiasikan”. Ketika kita mulai memasuki dunia bisnis dan kita
memegang sebuah prinsip untuk berbisnis dengan jujur, mau tidak mau kita
harus mulai menyatakan apa yang menjadi prinsip kita itu kepada
orang-orang yang berinteraksi dengan kita, karena jika tidak, mereka
akan berasumsi atau menganggap kita sebagai salah satu dari sekian
banyak orang yang prinsip hidupnya selalu bisa dinegosiasikan. Yesus
sudah membeli kita dengan harga yang mahal dan kita adalah milik-Nya,
karena itu kita tidak pernah bisa diperjual belikan dengan apapun juga.
Alasan mengapa Yusuf tidak bisa dengan begitu saja diperdaya oleh
isteri Potifar adalah karena prinsip hidup yang Yusuf pegang. Meskipun
isteri Potifar menggoda Yusuf berkali-kali dan berhari-hari, Yusuf tetap
bisa bertahan dan tidak tergoda sedikitpun (Kej. 39). Walaupun ada
konsekuensi yang Yusuf terima, konsekuensi tersebut sebetulnya justru
“menyelamatkan” dirinya untuk tidak perlu lagi menghadapi godaan isteri
Potifar.
Ketika Tuhan membawa kita masuk ke dunia sekuler, akan ada banyak
tawaran dan iming-iming keuntungan besar yang diberikan orang-orang
lain, dengan syarat kita harus menegosiasikan standar hidup yang kita
miliki. Pastikan kita selalu dengan tegas berkata “tidak”, karena
meskipun ada konsekuensi yang harus kita
tanggung, konsekuensi itulah
yang seringkali justru akan “menyelamatkan” kita.
Saya mendapati, yang menjagai Yusuf sehingga ia bisa terus bertahan
dan akhirnya muncul sebagai pemimpin di Mesir tanpa cacat cela adalah
karena ia Yusuf belajar dari bapanya, Yakub (Kej. 27:18-29 – Yakub
membohongi Ishak ayahnya demi mendapatkan berkat; Kej. 29-30 – Yakub
menipu dan berlaku licik terhadap Laban ayah mertuanya; oleh karena
semua inilah Yakub mengalami berbagai pengalaman yang tidak enak – ia
terusir keluar dari rumah bapanya dan diperdaya oleh mertuanya sendiri).
Dari pengalaman hidup Yakub, Yusuf belajar bahwa orang yang berbohong
akan menanggung konsekuensi dan efek negatif yang fatal.
Itu sebabnya dalam Kejadian 39:1-2 Alkitab berkata bahwa Tuhan
menyertai Yusuf dan membuat apapun yang Yusuf kerjakan berhasil, dan
Yusuf tinggal di rumah tuannya. Sadarilah hal ini: tidak semua budak
bisa tinggal di rumah tuannya, akan tetapi Yusuf tinggal di rumah
Potifar karena ia telah didapati jujur dan bisa dipercaya.
Ketika Yakub berusaha untuk mendapatkan Rahel, ia harus bekerja tujuh
tahun tanpa upah demi mendapatkan Rahel, namun setelah itupun yang ia
dapati ternyata adalah Lea. Ia harus kembali bekerja tujuh tahun lagi
tanpa upah baru kemudian bisa mendapatkan Rahel. Dari sini Yusuf belajar
bahwa orang yang berusaha dengan cara-cara manusiawi akan selalu
terlunta-lunta dan menghadapi batu sandungan, itu sebabnya Yusuf terus
berusaha untuk mengandalkan Tuhan.
Karena itu jadilah seperti Yusuf, yang mau membuka dirinya untuk
belajar dari bapanya; pastikan kita terus belajar dari bapa rohani kita;
ikuti dan teladani prinsip-prinsip kebenaran yang Tuhan telah bangun
dalam dirinya. Jadikan prinsip-prinsip hidup yang ia miliki sebagai
prinsip hidup kita juga yang tak ternegosiasikan.
2. Pastikan kita selalu ada pada posisi yang memimpin atau mempengaruhi.
Istilah yang saya gunakan adalah: Jika kita tidak sedang berbicara,
artinya kita sedang mendengarkan; atau dengan kata lain jika kita tidak
sedang mempengaruhi, artinya kitalah yang justru sedang dipengaruhi.
Pastikan kita memiliki kualitas hidup yang selalu memposisikan kita
sebagai yang mempengaruhi, bukan yang dipengaruhi. Bagaimana caranya?
Pastikan prinsip firman semakin terbangun kokoh dalam hidup kita, karena
semakin kita hidup dalam prinsip, semakin kita akan muncul sebagai
orang yang memberi pengaruh; semakin kita hidup tanpa prinsip, semakin
kita menjadi orang yang hidup untuk dipengaruhi. Karena itu, terus asah
ketajaman roh kita; jadikan prinsip-prinsip firman yang sudah kita
dengar sebagai prinsip mutlak yang tak tergoyahkan dalam hidup kita
3. Jangan pernah ragu untuk menyingkapkan atau berurusan atau menegur kesalahan atau kejahatan dari sahabat-sahabat kita.
Pada saat kita sedang berinteraksi dengan rekan-rekan kerja atau
rekan bisnis kita dan kita melihat mereka mulai melakukan berbagai
kecurangan, jangan pernah ragu untuk angkat suara. Karena dengan kita
menyingkapkan kesalahan mereka, kita sedang menetapkan suatu standar
hidup yang baru – standar hidup yang ilahi. Memang teguran yang ingin
kita sampaikan tersebut bisa disampaikan dengan berbagai cara, karena
itu terus kembangkan kemampuan berbicara dan kualitas hidup kita,
sehingga ketika kita berbicara, kita berbicara mewakili Tuhan sendiri.
Dengan demikian, kesalahan tidak akan pernah tersembunyi dan keberanian
kita untuk mengkonfrontasi kesalahan justru akan merintis suatu jalan
untuk lahirnya suatu generasi yang sungguh-sungguh berbeda dari generasi
yang bengkok yang ada sekarang ini.
Tentu akan ada konsekuensi yang harus kita hadapi, tapi Alkitab berkata, “Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”. Karena itu,
mari bangun kualitas hidup kita sedemikian rupa, sehingga kalaupun ada
konsekuensi yang harus kita hadapi, kita berketetapan untuk
menghadapinya dan kita bisa tetap bergaul tanpa menjadi serupa. Biar
generasi yang baru dan berbeda itu akan sungguh-sungguh lahir lewat
hidup kita.
0 comments:
Posting Komentar