Apakah salah kalau manusia merasa cemburu? Kata orang cemburu akan
mendorong kita untuk lebih maju dengan semangat kompetisi. Selain itu
cemburu juga dapat mempertajam konsep diri seseorang. Dalam suatu
hubungan, cemburu sering diartikan sebagai takut kehilangan yang
kemudian ditafsirkan sebagai cinta.
Tapi dimana batasannya? Kapan cemburu menjadi tidak sehat dan berbahaya?
Perasaan cemburu yang semakin kuat dan menguasai akan menjadi iri
hati. Iri hati yang berkepanjangan akan menjadi dengki. Dengki inilah
yang akan menjadi pintu gerbang masalah dalam kehidupan seseorang. Lewat
pintu gerbang ini perasaan-perasaan negatif dengan bebasnya masuk yang
pada akhirnya menghancurkan kehidupan seseorang.
Drama kehidupan tentang iri hati, dengki, kebencian, kejahatan dan
kehancuran dapat kita pelajari dalam kehidupan seorang yang tampan dan
sukses bernama Saul. Sebagai pemegang kepemimpinan tertinggi di Israel,
boleh dikata Saul jatuh terjerembab karena membiarkan perasaan cemburu
ini berkembang biak dalam hatinya.
Ciri-ciri kecemburuan Saul menurut 1 Samuel 18:8 adalah
1) Marah karena ada orang yang lebih darinya;
(2) Merasa direndahkan
orang;
(3) Takut kebilangan jabatan atau kedudukan;
(4) Menyimpan dengki
di hati.
Jika perasaan-perasaan ini muncul dalam hati kita, ini adalah alarm
tanda berbahaya. Saatnya kita harus mengambil langkah untuk berbalik dan
tinggalkan perasaan cemburu tersebut. Karena jika diteruskan perasaan
ini akan mengakibatkan masalah-masalah emosi seperti di bawah ini:
1. Roh Keresahan (18:10).
Seseorang yang menjadi resah dan terganggu karena perasaan cemburu yang membakar barangkali berasal dari roh keresahan (Spirit of Distress)
ini. Saul yang dengki kepada Daud suatu hari kerasukan roh.
Selanjutnya, roh ini yang mengakibatkan dia menjadi susah tidur,
gelisah, kehilangan gairah, gampang marah serta berpikiran negatif.
2. Marah yang Tidak Terkontrol (18:11).
Jika berlanjut, dan
perasaan negatif semakin memuncak maka kemarahan akan menjadi lebih
sulit dikontrol. Kemarahannya meledak-ledak dan cendereng untuk melukai
atau menghacurkan. Karena tidak bisa mengendalikan dirinya maka Saul
melempar Daud -yang sebenarnya sedang menghiburnya- dengan tombak
.
3. Ketakutan yang Tidak Wajar (18:12).
Setelah kemarahan
yang tidak terkontrol maka timbulah perasaan takut yang mencekam. Kali
ini Saul takut kepada Daud bukan karena Ia lebih gagah dan kuat, tapi
dalam hatinya Ia tahu bahwa Tuhan sudah meninggalkannya. Kehilangan
hubungan dengan Tuhan menyebabkan ketakutan. Ia merasa kehilangan arah,
tujuan hidup dan kepercayaan diri.
4. Kejahatan yang Berencana (18:13).
Karena perasaan negatif
semakin menumpuk, kebencian yang semakin memuncak, sedangkan hubungan
dengan Tuhan yang semakin jauh maka seseorang akan mampu merancangkan
kejahatan dan mewujudkannya. Inilah yang dilakukan Saul, ketika ia
mengatur skenario untuk membunuh Daud. Kejahatan akhirnya menjadi
obsesi baginya.
Selebihnya kehidupan Saul, kepahlawanan dan kejatuhannya semua orang pun tahu. (Baca 1 Samuel)
Melihat kerugian yang bisa diakibatkan oleh perasaan cemburu,
seharusnya kita menghindarinya. Jangan memberikan tempat kepada rasa
cemburu untuk bertumbuh dalam hati kita sehingga membuahkan perasaan
negatif lainnya. Paulus memberikan nasihat yang bijaksana untuk menjaga
pikiran kita.
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang
mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang
sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,
pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8).
0 comments:
Posting Komentar