Berikut
adalah sebuah skenario yang sudah tidak asing lagi: seorang wanita
berkencan dengan seorang pria dan berpikir, "Ok, jadi dia telah
melakukan ini dan itu dan dia hanyalah seorang gelandangan, tapi saya mencintainya."
Kemudian sang wanita menikah dengan pria tersebut dan dalam waktu yang
tidak terlalu lama, hidupnya menjadi menyedihkan. Wanita ini kemudian
akan mendatangi seseorang seperti saya untuk melakukan konseling. Saya
sering bertanya, "Apakah Anda tidak melihat hal ini sebelum menikah?"
Lalu ia akan menjawab, "Ya, saya melihatnya tapi saya pikir saya bisa
mengubahnya."
Menurut
saya, banyak orang yang tidak benar-benar jujur saat menjalani proses
pacaran. Atau banyak yang merasa wajib untuk terus bertahan karena
mereka telah berpacaran selama beberapa tahun, meskipun mereka mungkin
memiliki beberapa alasan yang kuat untuk mengakhirinya. Tetapi jika Anda
saat ini sedang berjuang dengan beberapa aspek yang dimiliki seseorang,
Anda mungkin perlu melihat hal itu sebagai sebuah bendera merah. Pada
akhirnya, itulah tujuan setiap kita menjalani proses berpacaran – untuk
memutuskan, berdasarkan apa yang telah Anda pelajari, untuk menikah atau
tidak dengan orang itu.
Sebagai
orang yang memiliki iman Kristen – iman yang menekankan pengharapan
untuk masa depan, meskipun kita mengalami kegagalan di masa lalu – kita seringkali sengaja mengabaikan masa lalu seseorang ketika memutuskan untuk berpasangan dengannya. Semua orang memang melakukan kesalahan, namun beberapa kesalahan memiliki konsekuensi yang akan terus mengikuti kita selama sisa hidup kita. Untungnya Tuhan tidak memandang segala kesalahan kita jika kita datang kepada-Nya dalam pertobatan sejati, namun kesalahan-kesalahan itu masih bisa membawa konsekuensi negatif yang dapat mempengaruhi hubungan masa depan kita, terutama dalam pernikahan.
Proses
berpacaran seharusnya menjadi masa untuk menemukan dan menganalisis
apakah ia dapat menjadi pasangan yang baik seumur hidup kita. Dan jangan
buat kesalahan mengenai hal ini – sejarah hidup seseorang dapat menjadi faktor utama dalam menentukan bagaimana mereka akan menjalani hubungan masa depan mereka. Namun karena kita peraya pada pengampunan akan dosa masa lalu, banyak pasangan Kristen yang gagal melihat faktor sejarah masa lalu
ke dalam keputusan mereka untuk menikah. Seseorang yang bijaksana dalam
mencari pasangan, bagaimanapun juga, akan melakukannya dengan baik
untuk melihat ke dalam sejarah hidup pasangannya yang berpotensi
menimbulkan masalah. Dan melakukannya bukanlah sesuatu yang tidak adil,
bahkan bagi mereka yang bukan Kristen.
Saya setiap saat mengonseling orang-orang yang bergumul dengan isu-isu masa lalu mereka. Sebagai contoh: seorang wanita merasa suaminya memanfaatkan dirinya hanya untuk seks karena semua pria di masa lalunya
melakukan hal itu. Itu adalah sebuah hal yang seharusnya sudah ia
pelajari selama proses berpacaran. Jika Anda tidak bisa berjalan dengan
seseorang seperti itu, jika Anda tidak dapat membawa beban berat itu,
maka biarkan ia pergi sehingga ia dapat menemukan seseorang yang dapat
menerima mereka apa adanya. Ada orang-orang yang luar biasa, penuh kasih
dan jenis orang yang telah dikaruniai Allah untuk melakukan hal itu.
Mereka yang dapat berkata, "Aku akan mencintaimu, menghargaimu dan
menjagamu apapun yang terjadi." Tuhan dapat mengaruniakan kasih sayang,
dorongan maupun belas kasihan kepada seseorang. Namun ini tidak berarti
mereka yang tidak dikaruniai hal itu adalah orang jahat. Namun Anda
harus jujur ketika menyadari Anda merasa tidak nyaman ketika berurusan
dengan bagasi masa lalu seseorang.
Misalnya saja Anda menemukan bahwa orang yang Anda kencani memiliki masa lalu
suka mengutil. Anda mungkin bertanya-tanya ia bertumbuh di tengah
nilai-nilai seperti apa yang mengizinkannya untuk melakukan hal-hal
seperti itu. Mengetahui pilihan-pilihan yang telah mereka buat di masa lalu, Anda mungkin tidak ingin melanjutkan hubungan
ini – dan hal itu menurut saya wajar. Masa berpacaran adalah proses
mengenal seseorang, pilihan-pilihan yang telah mereka buat dan siapa
mereka sebenarnya.
Anda mungkin akan berkata, "Lalu bagaimana dengan pengampunan?!" Ini bukan soal menolak untuk mengampuni kekurangan seseorang atau menghakimi seseorang karena kesalahan
yang pernah mereka buat. Anda dapat mengampuni mereka (Tuhan saja
melakukannya), tetapi itu tidak berarti Anda harus menikah dengannya.
Ingatlah, masa berpacaran adalah sungguh-sungguh mengenal seseorang
secara utuh dan berpikir – ya, saya sangat nyaman dengan orang ini,
atau, saya tidak nyaman.
Katakanlah
pacar Anda memberitahu Anda bahwa ia telah melakukan aborsi tiga atau
empat tahun yang lalu. Jika Anda benar-benar yakin dapat menerima hal
ini, dan Anda mampu mencintai dan menghargai wanita ini dan membantunya
menghadapi efek emosional dan fisik akibat keputusan
itu, maka itu bagus! Jika di sisi lain, Anda bergumul dengan beberapa
karakter yang dimilikinya yang memungkinkannya untuk membuat keputusan
itu, atau Anda prihatin dengan masalah-masalah emosional dan fisik yang mungkin timbul akibat keputusan itu, Anda memiliki hak untuk mengakhiri hubungan itu. Keputusan itu tidak membuat Anda menjadi orang jahat. Keputusan itu hanya membuat Anda jujur. Lebih baik untuk mengakhiri hubungan
itu sekarang sebelum Anda menikah, daripada mengalami kesulitan besar
karena hal itu setelah Anda menikah. Sekali Anda berkata, "Saya
bersedia", ini menjadi sebuah keputusan hidup yang jauh berbeda – Anda
harus menghadapinya seumur hidup Anda. Namun bukan hal yang salah untuk
beralih ke lain hati jika Anda masih dalam tahap berpacaran. Ingatlah:
masa berpacaran memang ada untuk itu. Lagipula, lebih baik baginya untuk
menemukan seseorang yang dikaruniai Tuhan kemampuan untuk menerima masa lalunya.
Mungkin
seseorang yang "spesial" bagi Anda berkata bahwa ia memiliki penyakit
menular seksual – salah satu yang akan Anda alami juga jika Anda
menikahinya. Saat ini adalah waktunya untuk pergi, jika Anda memang
tidak sanggup hidup dengan hal itu.
Bisa
jadi hal-hal sederhana lainnya... keluarganya berantakan. Mungkin sikap
ayahnya membuat Anda gila. Anda mungkin melihat sebuah masalah ketika
melihat bagaimana ibunya memperlakukan ayahnya – yang bisa saja menjadi
indikator bagaimana anaknya akan memperlakukan Anda. Saat ini adalah
waktunya untuk pergi.
Beberapa
isu bisa jadi lebih sulit seperi pelecehan seksual atau kecanduan
alkohol maupun pornografi. Masalah-masalah ini dapat Anda hindari dengan
mengakhiri hubungan ketika masih dalam tahap
berpacaran – dan sekali lagi, itulah kenapa dibutuhkan masa berpacaran.
Anda dapat menganalisa situasi dan melihat pacar Anda secara utuh dan
melihat jika Anda dapat menerima segala kekurangannya jika akhirnya
masuk ke pernikahan.
Sangat
penting bagi para pria dan wanita untuk benar-benar jujur satu sama
lain selama masa berpacaran. Hal-hal seperti ini harus diungkapkan
selama masa-masa pacaran. Tidaklah adil untuk menjalani pernikahan
selama 18 bulan, dua tahun atau bahkan lima tahun sementara pasangan
Anda harus bergumul menghadapi hal-hal yang bahkan ia tidak tahu ada di
dalam Anda. Anda harus jujur satu sama lain selama masa pacaran. Jika
seseorang merasa mereka tidak dapat menerima hal-hal tertentu, lebih
baik bagi mereka jika beralih ke lain hati.
Yang
tidak boleh Anda lakukan adalah mengikat seseorang selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun meskipun mereka memiliki masalah
yang serius. Hal ini tidak adil bagi pasangan Anda. Anda harus
merelakannya pergi sehingga ia dapat menemukan seseorang yang dapat
menerima mereka apa adanya – baik masa lalu maupun
keberadaan mereka seutuhnya. Anda bisa saja berkata, "Saya benar-benar
mencintainya. Bagaimana bisa saya membiarkannya pergi?" Tapi jika Anda
memiliki masalah serius untuk memasuki pernikahan, hal penuh kasih yang
dapat Anda lakukan adalah merelakannya pergi. Tidaklah adil untuk
menggantung seseorang dan membuat mereka bertanya-tanya dapatkan Anda
menerima masa lalu mereka atau tidak.
0 comments:
Posting Komentar