Perkembangan gereja di Indonesia punya banyak cerita, walaupun ada gereja yang beruntung memperoleh izin dan berhasil membangun gedung besar seperti Gereja Reform Injili Indonesia, namun enam bulan terakhir ini cukup banyak gereja yang mengalami aniaya dan harus keluar dari gedung yang biasa mereka gunakan untuk beribadah.
Bagi beberapa gereja yang berhasil memperoleh izin dan membangun gedung menjadi suatu kisah yang indah, tapi bagi gereja yang lain masih menjadi kisah perjuangan.
Misalkan Gereja Batak Karo Protestan yang letaknya hanya dua jam perjalanan dari Jakarta. Gereja itu ditutup oleh sekelompok muslim meskipun sudah punya izin bangunan.
Mereka berpendapat bahwa gedung tersebut adalah gedung multifungsi dan
itu artinya tidak boleh digunakan sebagai tempat ibadah.
Sebuah spanduk ditempatkan pada bangunan tersebut dan menyerukan, "Kami memperingatkan Anda untuk tidak melakukan kegiatan rohani Kristen di aula ini! Sekarang, kami menyegel gedung ini.."
"Gereja
kami memiliki 250 anggota. Sejauh yang kami ketahui kami telah mematuhi
apa yang pemerintah minta," Penatua Eliezer Meliala mengatakan. "Namun
mereka tidak melakukan apa-apa untuk melindungi kita dari orang-orang
pengunjuk rasa."
"Mereka mengatakan kepada kami untuk mendapatkan izin sehingga kita bisa melakukan kegiatan gereja. Namun setelah kami katakan bahwa kami sudah memilikinya, mereka mengatakan lagi bahwa kami harus mengubah bangunan tersebut dengan bentuk atau struktur gereja,"
lanjutnya. "Sayangnya, saat ini kami belum memiliki dana yang cukup
untuk merenovasi gedung tersebut dengan bentuk atau struktur gereja."
Dr. Ahmad adalah pemimpin gerakan anti-dakwah. Dia menekankan bahwa sangat penting bagi Muslim dan Kristen untuk mengikuti hukum mengenai tempat-tempat ibadah.
"Mereka seharusnya tidak mengklaim bahwa rumah atau gedung serba guna atau bahkan ruku dijadikan gereja karena orang muslim tidak dapat berdoa di sebuah toko dan mengatakan bahwa itu adalah sebuah masjid."
"Kesalahan orang Kristen selain melegalkan banyak tempat sebagai tempat ibadah, orang Kristen
harus mengikuti kode etik dan tidak boleh menyebarkan agama mereka
kepada orang-orang yang sudah memiliki kepercayaan mereka sendiri,"
tambahnya. "Itu sama saja menyulut api konflik keagamaan! Janganlah kita
mengambil ikan dari kolam lainnya. Mari kita urus agama kita sendiri,
dan hormati satu sama lain sehingga kita dapat hidup harmonis."
Di tengah krisis ini, Gereja Batak Karo Protestan
tidaklah menyerah. Mereka tetap mengadakan pertemuan ibadah secara
teratur. Setiap minggu, jemaat datang ke tempat yang dirahasiakan untuk
menyembah, berdoa dan mempelajari firman Allah.
"Kita harus bersabar. Kita seharusnya tidak terpancing emosi karena sekelompok muslim
yang telah menyegel tempat ibadah kami," kata Pastor Rena Tetty.
"Sebaliknya, kita harus berdoa dan menunggu. Kita tidak tahu berapa lama
waktu yang dibutuhkan,. Tapi kami percaya Tuhan akan membela kami
karena tidak ada yang mustahil dengan-Nya."
0 comments:
Posting Komentar