Problematika
mengenai jodoh atau pasangan hidup bukanlah perkara mudah untuk
dipecahkan. Ketika kita masih terbilang muda, mungkin perjodohan bukan
menjadi masalah serius dan bahkan tidak jarang menolak bila dijodohkan
dikarenakan alasan gengsi, masih fokus dengan karir, ataupun masih
memiliki hubungan dengan orang lain (pacar). Akan tetapi, lain halnya
bila usia sudah tidak lagi muda ataupun terdesak oleh situasi, maka
perjodohan menjadi jalan akhir yang ditempuh dalam mengatasi "kegalauan"
mencari pasangan hidup. Namun pertanyaannya adalah, bagaimana
seharusnya sikap kita terhadap perjodohan? Perlukah kita menerimanya
atau malah menolaknya?
Pada
dasarnya, tidak ada yang salah dengan perjodohan. Bahkan Alkitab
mencatat salah satu contoh konkret perjodohan diizinkan dalam Alkitab
terlihat pada kisah Ishak dan Ribka (Kejadian 24). Dalam pasal tersebut,
digambarkan bagaimana Tuhan turut campur dalam mewujudkan impian
Abraham mencarikan pasangan hidup terbaik untuk Ishak.
Sebagai
umat percaya, ada beberapa prinsip dasar kekristenan mengenai perjodohan
yang dapat kita jadikan sebagai tolak ukur jawaban apakah hasil
perjodohan tersebut kita setujui atau tidak, seperti:
1. Pasangan yang sepadan
Sepadan
tidak hanya berbicara soal satu iman/agama namun juga adanya
keseimbangan. Hal ini bisa berupa karakter yang saling melengkapi.
Misalnya, suami seorang pemalu, maka istri hendaknya kebalikan (pe-de).
2. Kesatuan visi
Kesatuan
visi sangat penting dimiliki oleh calon pasangan dalam menjalani akan
seperti apa kehidupan rumah tangga mereka nantinya kelak. Menjalani
rumah tangga diibaratkan seperti menjalani perkuliahan yang tidak ada
kata tamat. Keduanya harus selalu belajar dan diharapkan memiliki
kesepakatan serta kerjasama sebagai team yang solid. Bila salah satu
goyah, maka tidak jarang akan berakhir dengan kekecewaan dan perpisahan.
Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh, pastikan apakah diantara
calon pasangan sudah memiliki kesatuan visi atau tidak.
3. Minta konfirmasi Tuhan
Ketika
poin 1 dan 2 berhasil ditemukan ada dalam diri calon pasangan, maka
saatnya meminta konfirmasi Tuhan apakah dia adalah pasangan yang memang
Tuhan sediakan bagi kita. Dalam poin ini, Anda dapat meminta tanda dari
Tuhan. Perlu diingat bahwa hasil akhir tentang siapa pasangan kita tetap
ada di tangan Tuhan. Oleh karena itu, pekalah mendengar suara Tuhan dan
kenali Dia lebih dalam lagi.
Sumber
Sumber
0 comments:
Posting Komentar