Wanita
ini memasuki dunia entertain secara tidak sengaja, mulai dari dunia
model, kesuksesannya terus menanjak merambah dunia sinetron bahkan
hingga layar lebar. Namanya adalah Joana Alexandra, wanita kelahiran
tahun 1987 ini begitu terbuai kesuksesan di awal karirnya.
"Dapat honor langsung beli obat-obatan," demikian pengakuannya.
Setali tiga uang dengan Joana, Raditya Oloan, seorang disc jockey dan pemaian band juga terjerat oleh narkoba ketika masuk dalam hingat bingarnya dunia keartisan.
"Nge-band tanpa drugs rasanya kosong aja, kaya gitu," ungkap Raditya.
Lalu apa jadinya ketika keduanya menjalin hubungan cinta?
"Dia
udah tahu aku mulai make, akhirnya kita make bareng," demikian pengakuan
Joana, "kalau perlu barang mintanya sama dia, kalau dia punya barang
dia nawarin. Jadi apa ya? Simbiosis mutualisme."
Clubing,
narkoba, seks bebas, semua itu mereka lakukan tanpa memikirkan
akibatnya. Keluarga, pendidikan, karir, bahkan masa depan mereka tanpa
terasa berada di ambang kehancuran.
"Polisi, jangan bergerak," demikian seru seorang polisi.
Saat itu Joana dan Raditya bersama beberapa orang teman di grebek oleh pihak kepolisian.
"Di meja
itu, saya ingat banget ada paketan beberapa gram, sama beberapa
linting. Jadi kalau diperiksa, pasti ditangkep," ujar Raditya.
Akhirnya
mereka semua digelandang ke polsek Tangerang. Dengan berat hati, Joana
dan Raditya menghubungi orangtua mereka untuk meminta bantuan. Rasa
takut akan amarah dari orangtua jelas terbersit di hati mereka, namun
apa daya, mereka kini sungguh butuh bantuan mereka, mereka hanya bisa
tertunduk di hadapan orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan
mereka.
"Aku
benar-benar melihat pengorbanan mereka, pasti rasanya malu banget
ketahuan ke polsek jemput anaknya yang kena narkoba," tutur Joana.
Orangtua
keduanya hanya bisa menangis saat datang ke polsek, tidak seperti yang
mereka bayangkan, tidak satu kata cacian atau amarah yang terucap dari
mereka. Orangtua mereka memberikan pengampunan bahkan menjamin mereka
sehingga mereka tidak harus merasakan berada di balik jeruji penjara.
Sayangnya, hal itu tidak membuat mereka sadar dan mengubah cara hidupnya
dan membawa diri mereka kesebuah permasalahan yang baru.
"Aku
baru saja promo film layar lebar aku, jadi yang kemarin-kemarin sibuk
promo selain itu aku juga masih make banget, kemana-mana itu pasti
teler, tiba-tiba harus diperhadapkan kalau aku hamil. Antara takut sama
apa yang akan terjadi dengan karir aku, orangtua gimana, teman-teman
gimana, pikiran-pikiran buruk langsung kepikir sama aku."
Selama satu bulan Joana dan Raditya tidak bisa memutuskan harus melakukan apa. Sempat terbersit pilihan untuk aborsi, namun entah mengapa mereka masih tidak bisa memutuskan juga.
"Sebenarnya
pertama-tama pemikiran saya ya aborsi, karena lingkungan saya banyak
yang aborsi, jadi bagi saya itu suatu hal yang biasa. Tapi di hati saya
tergerak untuk berkata: Jo, kalau kamu mau terusin, aku mau terusin,"
terang Raditya.
"Ini
benaran nih, bayinya mau dijadiin?" tanya Joana tidak percaya.
"Benar-benar ngga kebayang nanti jadi seorang ibu, lalu punya baby, trus
nanti apa yang harus dihadapin benar-benar ngga kebayang."
Sekalipun
takut, Raditya memberitahukan perihal kehamilan Joana itu kepada
orangtuanya, demikian juga Joana, mereka berdua terbang ke Manado
menemui orangtua Joana untuk mengakui perbuatan mereka. Sungguh diluar
dugaan, kedua orangtua mereka tidak memperlihatkan amarah mereka
sekalipun memang terluka, namun mereka mendukung keduanya untuk
mengambil langkah selanjutnya.
"Oke pah, kita sudah putusin untuk terusin."
"Kalau begitu papa dukung, papa akan ngomong sama mama. Kamu kasih clue, kamu besok dateng ya," ungkap papa Raditya.
"Kalau begitu papa dukung, papa akan ngomong sama mama. Kamu kasih clue, kamu besok dateng ya," ungkap papa Raditya.
"Mulai
menjauh dari rumah, papa saya melambaikan tangan, dadah. Disitu hati
saya benar-benar hancur. Saya lihat mukanya tidak ceria, dia senyum,
tapi saya lihat matanya sedih sekali."
Tatapan
sang ayah benar-benar menghancurkan hati Raditya. Lelah, bingung, sedih,
semua perasaan itu bercampur baur di hati Raditya. Ia akhirnya memilih
tidur tanpa mengucap sepatah katapun pada Joana.
"Saat
saya tidur, saya terus terbayang dengan papa saya. Mungkin saya tidur
sekitar 10 menit, hati saya seperti ada yang pukul. Saya bangun, saya
langsung megap-megap nangis, dan saat nangis kata-kata yang pertama
keluar adalah : Tuhan tolong saya, saya menyerahkan hidup saya
seluruhnya untuk Engkau. Kami berdoa, setelah selesai, ada damai dan
kekuatan baru dari situ."
Januari
2007, akhirnya keduanya masuk dalam pernikahan. Keduanya masih muda,
labil dan penuh ego. Mereka mencoba investasi dalam sebuah usaha dalam
jumlah yang cukup besar, namun gagal. Namun masalah mereka bukan hanya
itu, mereka masih tetap mengkonsumsi narkoba, bahkan Joana tidak lagi
memikirkan janin dalam kandungannya. Beruntung, mereka menemukan sebuah
komunitas yang mau menerima mereka apa adanya bahkan membimbing mereka
untuk bisa keluar dari semua keterikatan itu.
"Beruntung saya berada di sebuah komunitas yang luar biasa, aku bersaksi dan didoain, dan puji Tuhan, itu sembuh."
Dengan
saling mengakui dosa, mereka sedang menelanjangi pekerjaan iblis.
Dikomunitas ini juga, mereka mengikuti konseling. Hingga pada Oktober
2007, Surya anak pertama mereka lahir. Kelahiran Surya di ikuti oleh
sebuah perubahan yang luar biasa. Joana bersih dari keterikatan narkoba.
Disisi lain, ada pengorbanan lain yang harus ia lakukan.
"Dulu
aku single terserah aku mau pulang jam berapa, mau ngapain aja. Sekarang
apa yang mau aku lakuin harus mikirin suamilah, mikirin anaklah,
mikirin rumah. Benar-benar rasanya aku dikasih tanggung jawab yang gede
banget, sedangkan Radit prioritasnya masih pekerjaan dan pelayanannya
dia," tutur Joana.
Konflik antara suami istri pun mulai terjadi. Namun bagaimana Raditya menangani tuntutan dari istrinya?
"Saya
sudah panas, saya sudah emosi, akhirnya saya bilang ke teman saya: I
hate this women! Tapi saya ingat pas konseling, keluarga nomor dua
setelah Tuhan, akhirnya walaupun saya kesal, saya kesana. Dia bbm, saya
sudah mau jawab dengan kata-kata yang jelek, kata-kata yang
menghina-hina, tapi saya merem, saya hapus, saya cuma bilang : I love
you. Saya pulang, saat itu saya pikir, saya mengalah untuk menang."
Raditya benar, dia mendapatkan kemenangan itu. Joana datang menghampirinya, duduk disampingnya dan berkata, "Dit, maafin aku ya?"
"Akhirnya, sejak saat itu hubungan keluarga kita ngga pernah crash."
Fokus
Raditya dan Joana saat ini sudah berubah. Tuhan, itulah yang menjadi
prioritas hidup mereka. Hal itu mengubah seluruh kehidupan mereka.
Kehidupan rohani mereka bertumbuh, keadaan ekonomi keluarga mereka pun
mengikuti.
"Akhirnya
saya memutuskan untuk ninggalin bisnis saya, padahal saya lagi hutang,
saya tinggalin dan saya full melayani Tuhan. Tapi luar biasa, saya tidak
keluar keringat untuk cari uang, tiba-tiba ada orang telephone yang
order. Selama satu tahun seperti itu terus, sampai hutang saya lunas."
Ketika
keduanya mengarahkan hidup mereka untuk menjadi semakin seperti Kristus,
gaya hidup mereka berubah. Upaya mereka bukanlah mengubah gaya hidup
mereka yang lama, namun fokus menjadi semakin seperti Kristus, dengan
sendirinya kebiasaan buruk mereka lenyap, dan tampillah pribadi Raditya
dan Joana yang baru, yang setiap hari menjadi semakin seperti Yesus
Kristus. Jika mereka bisa berubah, Anda pun bisa.
Sumber Kesaksian:
Joana Alexandra & Raditya Oloan
0 comments:
Posting Komentar