“Pertandingan itu selesai sudah … dia pun keluar sebagai ‘Pemenang’nya.”
“ Yoni, TUHAN telah memilihmu sebagai pejuangNya…”
“ Yoni, TUHAN telah memilihmu sebagai pejuangNya…”
(Kisah nyata seorang wanita muda bernama Yoni Elita Loen yang berjuang melawan kanker ganas)
Yoni adalah putri satu-satunya dari 4
bersaudara, dia sangat dekat dengan sang Mami apalagi semenjak Papinya
meninggal dunia beberapa tahun lalu, sejak itu Yoni bersama 2 orang
kakak dan 1 adik lelakinya pun memberikan perhatian yang sangat ekstra
kepada sang Mami. Yoni yang bekerja sebagai karyawati swasta juga aktif
dalam pelayanannya di Gereja. Sikap tegas dan disiplinnya membuat apapun
hal yang dipegangnya selalu menghasilkan karya-karya yang baik.
Dan simpanlah kisahnya …
Yoni jatuh sakit menjelang Pernikahannya
Sudah lama Yoni tak muncul dalam
persekutuan kami, kabar yang kami dengar sakit migrain-nya kambuh? Ah…
itu sakit biasa yang sering dia alami, untuk itu kami memberi dia
julukan Miss Migrain. Tapi…memang kali ini sakit terlama dari yang sebelum-sebelumnyanya.
Minggu berganti minggu, bulan berganti
bulan, wahh…ini sudah terlalu lama Yoni tak hadir bersama kami di
pelayanan ini. Kami pun bergegas mencari informasi keberadaanya,
ternyata benar Yoni mengalami migran yang tak kunjung berhenti bahkan
sesekali dia sampai tak sanggup beraktifitas menjalani pekerjaannya
seperti biasa.
“Apa yang terjadi Yon?” Tanya teman2
ketika bertemu dengannya. “Sepertinya ada sesuatu yang serius di
kepalaku, dokter menyatakan kalau ada bagian otakku yang mengalami
kerusakan, malah dokter bilang otakku korslet?? Hahaha…” bersama Yonipun
mereka tertawa lepas. Aduhh… Ada-ada saja ya diagnosa dokter.. Kabar
itu langsung menyebar ke seluruh teman-teman sepelayanan kami, doa pun
mulai beriringan dipanjatkan.
Beberapa waktu berlalu, kabar baru pun
kami dengar bahwa di kepala Yoni terdapat tokso yang mengakibatkan Yoni
merasakan mual setiap kali dia makan ataupun minum. Akhirnya Yoni pun
untuk pertama kalinya mulai menjalani perawatan di rumah sakit. “Semoga
hasilnya tidak terlalu mengkhawatirkan. Cepat sembuh ya ka, doa kami
selalu untuk kesembuhanmu..” ucapan yang serupa dari banyak sahabat
& teman sepelayanan.
Di tengah-tengah perawatan intensif yang
harus Yoni jalani, kami mendapat kabar yang sangat membahagiakan. Felix
kekasih hati Yoni akan segera mempersuntingnya menjadi istri, mereka
akan segera menikah. Walau saat memutuskan itu, pertimbangan berat harus
Felix pikirkan bersama keluarga dikarenakan biaya pengobatan Yoni saat
itu jauh lebih penting dan jumlahnya sangat besar. Tapi karena Felix
mendapat jawaban yang memuaskan dari Yoni, saat Felix meminangnya secara
pribadi bahwa Yoni menginginkan Felix menikahinya walau hanya secara
sederhana saja, akhirnya merekapun menikah.
Namun di moment bahagia itu terdengar
kabar yang cukup mengejutkan tentang perkembangan sakit yang Yoni alami,
ternyata Yoni terserang tumor yang cukup serius di kepalanya. Kabarnya
dia harus menjalani operasi besar untuk pengangkatan 3 tumor yang
bersarang diotaknya. Oh TUHAN…seserius itukah sakitnya?
“Aku ga mau menjalani operasi besar itu,
aku ga mau kepalaku dibuka. Biarkan aku menjalani pengobatan
alternatifnya saja selain operasi, aku percaya TUHAN menolongku.”
Penolakan Yoni disertai iman yang penuh yang kami dengar dari pihak
keluarganya bahwa dia tak ingin menjalani operasi besar itu.
Tak jarang kami membaca status Yoni di
akun FB yang sangat menguatkan. Setiap pembacanya mungkin tak akan tau
kalau yang menulis status itu sedang mengalami sakit yang cukup
mengkhawatirkan. Tak pernah keluhan tertulis di akun pribadinya itu.
“Aku punya pesta kecil untukmu Nie
(panggilan sayang Felix untuk Yoni)…cepat sembuh ya?” kata-kata ini kami
lihat melalui akun Facebook milik Felix (kekasih Yoni saat itu) yang
dituliskan ke wall milik Yoni. Akhirnya moment bahagia itupun
terlaksana, disaat Yoni masih menjalani perawatan pertamanya di rumah
sakit, pesta kecil dari Felix itupun menjadi hadiah dan semangat
untuknya.
Pemberkatan Kudus & Sakral itu pun
berlangsung hikmat di salah satu Kapel di Rs. Cikini – Jakarta tempat
dimana Yoni menjalani perawatan tepat di bulan Oktober 2010. Sangat
mengharukan hati saat semua orang melihat foto pre-wedding mereka,
dimana di foto itu Febby sedang mendorong sebuah kursi roda untuk orang
sakit pada umumnya yang ditumpangi Yoni dan dibawah gambar mereka
tertulis “Aku mencintaimu dalam suka dan duka…”
Pemberkatan Pernikahan itu pun menjadi
pemberkatan paling mengharukan selama sepanjang tahun itu. Senyum manis
& tawa ceria yang terpancar dari wajah cantik Yoni, serta rambut
hitamnya yang panjang terurai, juga tubuhnya yang terlihat masih sangat
bugar dibalutkan gaun pengantin yang indah, tak menampakan bahwa wanita
yang berjalan berdampingan dengan Felix dikoridor rumah sakit menuju
Kapel saat itu sedang mengalami sakit yang cukup serius.
Hampir semua mata di tempat itu tertuju
padanya, tak sedikit pula mata yang menunjukan kekhawatiran melihat Yoni
menjalani proses Pernikahan Kudus yang biasanya memakan waktu cukup
lama itu. Puji Tuhan, pemberkatan itu berjalan dengan hikmat &
lancar…dan semua pihak Keluarga pun tersenyum lega & bahagia. Felix
& Yoni pun telah sah menjadi sepasang Suami & Istri dihadapan
TUHAN.
Waktu pun berjalan, bulan Desember yang dinanti-nantikan tiba sudah. Christmas is comiiiiiing……!
Kami semua sibuk mempersiapkan acara Natal di tahun 2010, Christmas
Carol, Ibadah Natal bersama seluruh teman-teman dan adik-adik
sepelayanan kami mulai tersusun tahap demi tahap. Teringat kembali
kehadiran Ka Yoni ditengah-tengah kami di Natal tahun sebelumnya dimana
Yoni masih turut mengambil bagian bersama-sama kami. Ada yang berbeda
memang, Yoni selalu hadir sebagai pribadi yang tegas dan disiplin dalam
menghadapi adik-adik kami, itu yang tak terlihat disaat itu.
Rambut hitamnya yang panjang pun gugur sudah …
Tahun pun berganti. Bulan demi bulan terlalui dengan kisahnya masing-masing…
Apa kabar Yoni…?
Dia masih terus menjalani pengobatan
demi pengobatan dari RS yang satu ke RS yang lain. Saat aku dan beberapa
teman mengunjunginya saat dia dirawat di RSPAD – Gatot Subroto … kepala
Yoni sudah tak berambut… “Kemarin aku di botakin, seru loh? Mau
menyambut Gong Xi Fa Cai…hahaha” Aduh sih ka Yoni ini yah ada-ada aja,
sempat-sempatnya foto dengan penampilannya yang baru, tidak berambut
sama sekali. Hum… ya itu lah Yoni, tetap menunjukan keceriaannya walau
mungkin hatinya pun sedih karena sakit yang dia alami.
“Aku harus menjalani penyinaran di
bagian kepalaku, dari pada nanti menunggu efek penyinaran itu rambutku
akan rontok dan menipis, lebih baik aku botakin sekalian.” Oo.. itu toh
alasannya Yoni memapas habis rambutnya? Tapi… dia tetap terlihat cantik,
dan kamipun berfoto bersama disana.
Perjuangan Orang-Orang hebat …
“Doakan terus Yoni ya … efek dari
penyinaran itu membuatnya sering muntah dan tak bisa menahan untuk buang
air kecil.” Pinta Ibunda dari Yoni kepada setiap kami yang datang
mengunjunginya.
Tak jarang kami bergantian mengunjungi
Yoni di rumah sakit karena kondisinya sesekali menurun, dan dia butuh
support dari banyak sahabat dan saudaranya. Kemudian Yoni pun
dipindahkan ke Rs. Hermina – Depok yang dekat dengan domisili tempat
tinggalnya, disana dia melakukan rawat jalan kalau kondisinya sedang
membaik, tapi dia pun harus kembali dirawat inap kalau keadaannya
mengkhawatirkan.
Setiap kali kami mengunjungi Yoni, yang
tak pernah terlepas dari pandangan kami adalah Mami Lien. Mami Lien
adalah panggilan sayang kami untuk ibunda Yoni. Tak bisa disembunyikan
memang dibalik senyumnya ada berjuta kesedihan, dibawah sinar matanya
ada kelelahan yang amat sangat. Terlihat oleh kami, tubuh mami semakin
hari semakin menurun beratnya.
Seringkali saat berbincang dengan mami,
bergantian kami mengingatkannya untuk jangan lupa makan, minum vitamin
dan juga beristirahat yang cukup. Tapi sepertinya kondisi seperti itu
tidak bisa dilakukannya di saat-saat seperti itu “Nafsu makan mami jadi
berkurang, mami kasian sama kakak (sebutan Yoni) kenapa harus kakak yang
sakit, kakak masih muda, perjalanan kakak masih panjang, kenapa bukan
mami saja yang sakit? Kalau bisa ditukar, biar mami saja yang terbaring
disana.” Kami semua tak dapat menahan airmata ketika mendengar keluh
seorang ibu kepada anaknya seperti itu. Tak banyak yang dapat kami
perbuat, setiap kali berkunjung tak lupa kami mengajak mami berdoa
bersama, itupun yang sering dilakukan oleh saudara-saudara seiman yang
lain yang datang mengunjungi Yoni.
Semua tau, bagaimana mami menjaga Yoni …
matanya harus terus terjaga pada jam tidur, yang akhirnya membuat rasa
kantuk itu sering datang pada bukan saatnya untuk tidur. Nasi yang
porsinya tak ada setelapak tanganpun tak bisa dihabiskan olehnya. Dia
tak pernah duduk dengan tenang, mengecek keadaan Yoni setiap waktu itu
membuatnya selalu mondar – mandir, apotik, dokter, suster, kembali ke
kamar rawat, kamar mandi, menyuapi makan dan masih banyak lagi. Yang
boleh dikatakan, seharusnya di usianya yang sudah setengah abad itu,
mami lah yang harus mendapat perhatian extra dari anak-anaknya. Tapi
kondisi saat itu harus berkata lain, dia harus berjuang kembali merawat
Yoni mungkin hampir sama seperti ketika dia merawat Yoni sewaktu Yoni
kecil dulu.
Sungguh keadaan yang tak ingin di alami
oleh banyak orang apalagi seorang ibu … namun mami dengan tulus dan
tetap tegar, dia tak pernah goyah, di balik kelemahannya dia harus
menguatkan anak yang sedang terbaring lemah dengan sakit yang cukup
mengkhawatirkan.
Satu lagi pribadi yang membuat kami
berdecak kagum adalah Felix… suami Yoni. Sungguh cinta yang Felix miliki
itu tulus dan suci kepada Yoni. Jarang sekali di jaman modern ini, ada
pria yang justru memutuskan menikahi kekasih hatinya disaat dia tau
kekasihnya terserang penyakit yang serius seperti yang dialami oleh
Yoni. Akan banyak hal-hal yang terlewatkan, bahkan terhilang ketika kita
memadu kasih dengan orang yang kesehatannya sangat terganggu seperti
Yoni yang hanya bisa menghabiskan banyak waktunya di tempat tidur &
di rumah sakit.
Tapi Felix dengan tegar menjalani semua
itu, cintanya makin nyata pada Yoni justru pada saat Yoni dalam keadaan
tubuh yang tak berdaya seperti saat itu. Felix yang pekerjaan
sehari-harinya sebagai Pianis dan melayani sebagai Organis Gereja pun
harus pandai membagi waktunya, disamping dia pun harus sigap dan siaga
menjaga sang Istri.
Tak jarang pula, Felix harus menghadapi
tingkat emosional Yoni yang mulai tidak stabil karena sakit yang
dideritanya. Tapi dengan kesabaran dari TUHAN, Felix bisa melalui
semuanya sampai pada akhirnya.
Kondisi Yoni Menurun …
Hum… sudah cukup lama
aku tak mengunjungi Yoni, sudah kudengar dari banyak teman bahwa kondisi
Yoni semakin menurun. Aku bergegas menyediakan waktu di hari libur
untuk pergi mengunjunginya. Maureen teman dekat sepelayananku & Yoni
segera mengingatkan aku untuk tidak terkejut kalau aku melihat kondisi
Yoni saat itu. Aku mulai gelisah dan penasaran, apa yang Maureen maksud?
Memangnya seperti apa kondisi ka Yoni? Aku begitu penasaran …
Menjelang petang di hari sabtu itu, aku
mengunjungi Yoni bersama Maureen… ketika tiba di lantai 3 Rs. Hermina –
Depok, Maureen kembali mengingatkan ku “Please … Lo jangan nangis kalau
liat Yoni ya? Lo harus kuat karena itu yang Yoni harus dapatkan dari
kita yang mengunjunginya” menatap Maureen tak sadar mataku berkaca-kaca,
langsung aku menghapusnya dan sambil menghela nafas panjang aku
memasuki kamar rawat Yoni. “Oh Yesusku… aku tak kuat melihatnya … … ..”
“Uhukk..uhukk…!! Maaf ya… sebentar.” Suara Yoni lirih …
Perkataan awal Yoni ketika aku masuk
sambil dia merapikan posisi alat pernafasannya setelah dia selesai
melakukan Uap. Pandanganku berbalik pada mami Lien… sambil memeluknya
agak lama, aku hanya sanggup meneteskan airmata dibahu mami karena aku
tau Yoni tak suka aku menangis & Mami hanya terdiam sambil
memelukku.
Orang banyak yang mengunjunginya mungkin
serba salah mau menanyakan ‘kabar’ pada ka Yoni … bukankah itu
pertanyaan yang tak perlu ditanyakan? Karena…. Ya seperti yang kulihat
keadaannya semakin parah, tubuhnya saat ini hanya kulit membungkus
tulang … rambutnya tumbuh sedikit tak beraturan dan hampir semuanya
berwarna putih. Bahkan Yoni terlihat seperti 20 tahun lebih tua dari
usia yang sebenarnya. Tapi Yoni selalu berkata “Puji Tuhan … beginilah
keadaanku, TUHAN baik.”
Sungguh satu pelajaran berharga yang ku
dapat dari Yoni setiap kali aku mengunjunginya. Dari bibirnya Yoni tak
pernah lupa mengucapkan syukur Puji TUHAN saat orang-orang menanyakan
kabarnya meskipun yang kami lihat keadaannya saat itu tak sebaik yang di
ucapkannya, luar biasa semangatmu ka. …
Di suatu sore aku melihat pemandangan
yang mengharukan saat aku kembali mengunjungi Yoni di Rs itu. Begitu aku
masuk kamar rawat Yoni, Felix keluar dari kamar mandi sambil
menggendong tubuh Yoni yang sangat kurus terbungkus handuk putih.
“Hehehe … aku baru selesai mandi” kata
Yoni sambil menatapku. Aku hanya bisa tersenyum sedikit menahan pilu.
Dengan apik & penuh kasih Felix membasuh tubuh Yoni yang sudah
setengah kering di atas tempat tidur dan menggantikan pakaiannya. Tubuh
wanita seusia Yoni yang boleh dikatakan masih cukup muda itu namun…
karena sakitnya apalagi yang menarik dari diri Yoni? Secara fisik sudah
tidak ada … gumamku lirih. Aku hanya terdiam memandang mereka berdua,
sambil Yoni berkelakar kalau dia menyamakan sosok dirinya saat itu
dengan maaf … mayat di suku Toraja yang habis di tontonnya di televisi.
Aduh ka Yoni… kok samain dirinya dengan itu sih? Tapi tergelitik juga
aku mendengar ceritanya. Semangat sekali dia …
Bulanpun berjalan …. Kondisi Yoni tak
kunjung membaik. Seringkali Yoni amfal, tubuhnya mengejang dan kembali
masuk ruang ICU. Semua keluarga yang ada disisinya selalu dihantui rasa
panik, Felix selalu tak kuasa menahan tangisnya. Doa terus kami
panjatkan, akhirnya beberapa kali Yoni bisa melewati masa-masa
kritisnya. Renungan-renungan dan kata-kata bijak rohani yang sering Yoni
tulis di akun FB miliknya sudah jarang sekali terlihat. Ada sesekali
muncul posting dari FB-nya namun ternyata itu sudah bukan Yoni lagi yang
menulis langsung, melainkan seseorang yang dimintai tolong oleh Yoni
untuk menulis di akun-nya, karena dia mengaku sudah tak kuat lagi untuk
menulis.
Begitulah keadaannya, sampai akhirnya
Yoni tak bisa lagi dirawat di ruang rawat biasa melainkan dia harus
mendapat perawatan di Intensive Care Unit di Rs. Hermina – Depok karena
Tumor yang bersarang di otaknya telah meningkat menjadi kanker ganas
yang menyerang hingga ke paru-parunya.
Malam itu penuh sekali ruang tunggu di
ICU dengan keluarga, saudara dan teman-teman sepelayanan kami yang
mengunjungi Yoni. Sebagian dari kami berkumpul untuk berdoa dan membaca
renungan bergantian. Dan di ruangan yang tidak cukup luas itu dan tak
umum untuk menaikkan doa, kami pun berkumpul membuat lingkaran dan
menaikkan pujian serta doa untuk ka Yoni dengan perlahan. Akhirnya hal
itu kami lakukan rutin bergantian setiap hari di jam besuk terus menerus
selama Yoni di rawat.
Setiap orang yang bergantian menjenguk
ke ruang ICU, selalu keluar dengan airmata berlinang. Siapa yang bisa
tahan melihat kondisi teman, kakak kami terkasih dengan kondisinya
seperti saat itu? Tapi kami memang harus kuat … karena kami ingin Yoni
pun mendapatkan kekuatan.
Saat itu telah dinyatakan pada keluarga,
bahwa Tim Dokter sudah angkat tangan dengan kondisi Yoni, hampir semua
tubuh Yoni sudah terserang kanker ganas itu. Dokter bahkan menyarankan
agar Yoni dibawa pulang saja, karena di Rs pun Yoni sudah tidak bisa
diobati. Tapi Belly, kakak kedua Yoni yang mewakili keluarga mempunyai
keputusan lain. Dia ingin Yoni adiknya itu terus dirawat di RS. apapun
yang akan terjadi nanti meskipun biaya yang akan dikeluarkan tidak
sedikit. Memang semua orang pasti ingin Yoni mendapatkan yang terbaik,
apalagi keluarganya.
Bergantian Hamba-hamba TUHAN datang
melayani Yoni, pelayan-pelayan dari berbagai Misi Pelayanan juga datang
mendoakan Yoni juga keluarganya. Tapi kondisi Yoni tidak menunjukan
kemajuan yang berarti, namun yang menjadi hal luar biasa adalah semangat
dan senyum Yoni yang selalu menghiasi wajahnya itu tak pernah pudar
walau kondisinya tak kunjung membaik.
1 Minggu sebelum saat itu tiba …
Aku berkunjung bersama ibuku ke ruang
ICU, disana ka Yoni langsung memelukku dan membisikkan sebuah kalimat
yang tak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun “De, kamu sayang ga
sama kakak?” aku tak dapat menahan perih dihati mendengar ka Yoni
menanyakan hal itu padaku. Dengan terisak aku katakan “Pasti ka, aku
sayang sama kakak…”. Aku tak tau apa yang memicunya untuk melontarkan
pertanyaan yang sangat menusuk dadaku itu. Memang, selama kedekatan kami
tak jarang aku berselisih paham dengannya…tapi Yoni tetap menunjukan
perhatiannya dan aku sayang sama Yoni.
Sedangkan diluar ruangan teman-teman
terus menaikkan doa serta pujian kepada TUHAN untuk pemulihan yang
dahsyat buat ka Yoni. Sambil kami terus menguatkan keluarga, terutama
Mami dan suami Yoni.
Waktu terus berjalan, hingga 3 hari sebelum saat itu tiba …
Felix suami dari Yoni tak punya perasaan
yang buruk terhadap istrinya walau kondisi istrinya sudah… yaa… secara
manusiawi tak ada harapan lagi. Namun Felix tetap berusaha dan mengimani
bahwa istrinya akan sembuh dan dia berkata padaku …
“Kalau masalah berjuang itu jangan
ditanya Lis.. 1 minggu terakhir gw ga ada feeling yang buruk kok, karena
(sepertinya) semangat Yoni untuk sembuh besar banget. Padahal dia sudah
ga bisa turun dari tempat tidur, sudah ga bisa miring2 ke kanan &
kiri, tapi kalo lagi BAB & kita mau bersihkan, itu pasti dia kan
harus memiringkan badannya ke kiri & ke kanan, sebetulnya dia sudah
ga bisa lagi karena nafasnya jadi terganggu, tapi dia usahain lis..untuk
bisa miring-miring. Gw yang pegang & tahan dia waktu mau miring ke
kiri .. setelah itu dia harus berhenti dulu mengatur nafasnya, lalu
miring lagi ke kanan … dan itu berlangsung terus setiap hari.” Kenang
Felix kepadaku.
Hari itu Minggu, 30 Oktober 2011 memang
tak pernah ada yang menyangka.. tapi Felix sudah mulai khawatir dengan
keadaan Yoni sejak hari sabtu sebelum hari Minggu itu datang karena Yoni
tiba-tiba mengigau macam-macam, dia melihat kereta di dalam rumah
sakitlah, tiba-tiba dia ingin makan crakers yang rasa durianlah …
padahal Felix tau Yoni tidak suka buah yang namanya durian itu dan masih
banyak hal-hal aneh lainnya yang datang dari Yoni .. meskipun bicaranya
masih normal.
Minggu, 30 Oktober 2011.
Siang menjelang sore hari itu … Felix
sebetulnya sudah berat untuk bekerja menerima Job Weddingnya ..bahkan
Felix sudah menghubungi Willem temannya untuk coba mencari pengganti
Felix… “Udah Lix, lo berangkat aja dulu kesini … nanti kalau keadaan
tidak memungkinkan, lo bisa balik duluan.” jelas Willem pada Felix.
Waktu itu hujan deras sudah turun di kota Depok.. Felix memutuskan untuk
tidak mengendarai motor dan akhirnya menggunakan taxi menuju ke tempat
Wedding tersebut.
“Aduh…kenapa perasaan ini ga tenang
banget ya? Berat banget aku mau ninggalin kamu sore ini Nie…” gumam
Felix yang akhirnya tetap berangkat juga. Tapi perasaannya tetap tidak
tenang. Sampai akhirnya Felix tiba di tempat Wedding tersebut dan dia
langsung bercerita pada Willem tentang keadaan Yoni istrinya yang sudah
kritis… puji Tuhan, Willem sangat mengerti keadaannya, “Ya udah Lix,
kalau nanti keadaannya ga memungkinkan lo untuk tampil. Gw juga udah
siapin pengganti kok, lo bisa pulang” ujar Willem kepada Felix, Felix
senang mendengar itu.
Di tempat lain …
Masuk sms ke nomor Hp ku, dari mami Lien
… “Cha, kakak minta dibeliin dunkin donat yang rasa coklat 1 aja
katanya.” Aku bingung, karena posisiku sedang tidak berada dekat dengan
Dunkin Donat dan juga RS tempat Yoni dirawat dan saat itu hujan pun
sedang turun dengan derasnya. Aku menghubungi Yunce adikku, untuk
memintanya membelikan donat pesanan ka Yoni, tapi adikku pun tidak bisa
keluar rumah karena memang hujan saat itu sangat deras sekali. Aku
bertambah panik ketika sms Tya (teman sepelayan kami) masuk dengan pesan
yang sama. “aduhhh…gimana ini?” aku merasa harus membelikan donat itu
untuk ka Yoni, karena selama ini apa yang ka Yoni minta dariku selalu
dapat aku penuhi. Ayam wings, kue-kue basah, wedding cake adikku,
biskuit kong guan dll yang terkadang dia minta melalui postingan di FB
ke wall ku dan semuanya selalu sampai ditangannya.
Tapi kali ini…. Perasaanku benar-benar
tidak tenang, dunkin donat pesanannya tak bisa aku penuhi. Tya
menelponku dan mencoba menenangkanku dan bilang kalau dunkin donat bisa
diantar esok hari. “Ga apa2 ka Icha, besok aja belinya hujan ga
berhenti-berhenti.” Aku sedikit lebih tenang walau masih sedih karena
aku pun janji sore itu mau datang menemani Yoni.
Matahari pun terbenam berganti bulan yang menemani malam dengan derasnya hujan.
Di tempat Felix…
Baru saja prosesi Wedding itu dimulai
tepat di jam 19.00 wib..tiba-tiba Felix mendapat telephone masuk dari
pihak RS… dari seberang sana seorang suster berbicara dengannya “Pak
Felix, istri bapak sudah panggil-panggil nama Bapak terus Pak, tolong
bapak cepat menuju ke RS sekarang ya pak?” seketika detak jantung Felix
berdegup kencang “Iya suster, sebentar lagi saya pasti kesana segera.”
Jawabnya berusaha tenang. Lebih dari 2 kali pihak RS. Menelpon Felix
dengan pembicaraan yang sama, Felix pun bertambah panik dan gelisah tapi
dia berusaha konsen untuk tetap memainkan jari-jarinya diatas tuts
piano dengan lihai seperti biasanya, bahkan kali ini beda dari biasanya
jika Felix telat datang, dia bisa tidak konsentrasi memainkan pianonya
karena rasa bersalah sudah datang terlambat, tapi hari itu justru
sebaliknya .. itu permainan Felix yang paling baik & konsentrasi
yang paling penuh sampe selesai padahal keadaan hatinya sedang bercampur
aduk.
Willem teman Felix yang saat itu
bertugas sebagai MC, ternyata sudah memperhatikan kegelisahan Felix yang
beberapa kali menerima telepon masuk. Biasanya Felix menyelesaikan
permainan musiknya itu paling cepat jam 20.30 wib, lalu Willem
menghampiri Felix “Lix, music nanti selesai jam 20.15 dan lo bisa
langsung ke Rs ya?” Felix senang sekali mendengar hal itu, TUHAN turut
memudahkan segalanya, permainan dia selesai dan dia pun bisa segera
kembali menemani Yoni.
Di tempat lainnya …
Aku benar-benar sedih saat itu, bukan
saja dunkin donat yang tak dapat aku belikan untuk Yoni, tapi aku pun
terhalang untuk bisa menemani Yoni minggu sore itu sesuai janjiku.
Karena suamiku sakit, akhirnya aku harus pulang ke rumah, namun di
tengah perjalanan Maureen mengirimkan pesan singkat padaku kalau Yoni
kritis kembali … aku panik, tapi aku tak bisa kembali padahal sudah ada
tanda yang aku rasa itu tanda dari Yoni yang menginginkan aku kembali.
Saat itu semua tas dan segala isinya milik suamiku tertinggal di rumah
ibuku. Mereka menelponku untuk ambil tapi karena hujan dan kondisi
suamiku sakit, aku tidak bisa kembali.
Aku menitip pesan pada adikku untuk
segera ke RS dan melihat kondisi Yoni. Benar, Yoni kembali kritis dan
kali ini keadaanya semakin parah…di rumah, perasaanku tak menentu, aku
tak bisa tidur, terus memantau keadaan Yoni via Hp (sms dan telepon) ke
Tya dan adikku yang saat itu sudah standby di RS bersama keluarga Yoni.
Airmataku terus berlinang, dan aku masih menanti terus kabar dari tya
dan adikku di RS sampai lewat larut malam.
Felix …
Dia tiba di RS. Kira-kira Pukul 21.30
wib, dan dia langsung menuju ke ruang ICU. Sungguh Felix tak bisa
menahan sesak di dada, betapa tidak …. dia melihat Yoni istri
tercintanya sudah tertunduk lemas. Yoni sempat memandangnya tapi suara
yang terdengar dari bibirnya hanya “huuh.. huuh…huuh…” Felix tak kuat
dan tangisnya pun meledak seketika di ruangan ICU itu “Nieee….aku sayang
kamu, aku cinta kamu Nieee…..” isak Felix membuat semua yang ada disitu
tak dapat menahan pilu. Namun dengan sekuat tenaga Felix tetap berusaha
membacakan renungan, yang dia tak menyangka akan menjadi renungan
terakhir yang dia bacakan untuk Yoni. “Oh.. Gembalaku itu
TUHANku…membuat aku tenang teduh … mengalir dalam sungai kasihMU…kuasa
damai … cerlang bening” pujian itu dinyanyikan Felix untuk sang istri
yang tak disangkanya akan menjadi nyanyian terakhir kalinya … lagu
pujian yang sangat digemari Yoni, yang saat ini sering Felix mainkan
diwaktu senggang ketika dia bertugas di gereja dan pujian itu selalu
dimainkannya berulang-ulang kali.
Felix terus mengontrol keadaan Yoni, dia
memantau alat kontrol jantung, jantung Yoni masih berdenyut tapi tensi
sudah tidak ada lagi … felix berusaha memindah-mindahkan jepitan
pengatur detak jantung di jempol Yoni tapi tetap tidak ada tanda-tanda
kehidupan dan dia pun sudah merasa diberi tanda …
Sekitar pukul 22.45 wib detak jantung
Yoni mulai menurun perlahan … terus pelan-pelan menurun … ditemani
keluarga dan beberapa teman dekat yang ada disitu, mereka kembali
menaikkan lagu-lagu/pujian rohani … detak jantung Yoni terus menurun,
dan mungkin sudah saatnya (pikir Felix) … Felix menatap tajam para
Perawat dan Dokter yang ada disitu dengan wajah penuh pertanyaan … dan
semua perawat disitu mengerti maksud dari raut wajah Felix … Yoni
melemah dan dia pun menghela nafas terakhirnya … 23.23 wib Yoni telah
tiada …
Selamat ulang tahun Maureen … Selamat jalan Yoni
Aku langsung mendapat kabar itu dari
Yunce adikku, tak kuasa ku tahan tangisku pun meledak seketika di kamar
pada jam itu, suamiku pun terbangun tanpa bertanya dia langsung
memelukku tanda dia tau apa yang sudah terjadi … dengan isak panjang aku
menelpon Maureen sahabatku … di seberang sana, Maureen dengan isak
tangis yang sama berusaha menenangkanku yang terus menangis tanpa
berkata apapun … lalu dengan sekuat tenaga akhirnya aku berkata “Selamat
ulang tahun Maureen, selamat jalan Yoni … “ ada sahabatku yang
bertambah usia, ada sahabatku yang menutup usia di waktu yang bersamaan …
Semua telah selesai
Yoni telah memberi kami semua hadiah istimewa
Perjuangan panjang melawan kanker ganas telah berhasil dilaluinya
Dia tak pernah bertanya pada Sang Pencipta, mengapa dia yang harus menerima semua itu?
Namun dia tetap menunjukan ‘sinar’nya pada setiap orang
Perjuangan panjang melawan kanker ganas telah berhasil dilaluinya
Dia tak pernah bertanya pada Sang Pencipta, mengapa dia yang harus menerima semua itu?
Namun dia tetap menunjukan ‘sinar’nya pada setiap orang
Perjuangan dan Semangatnya telah menjadi hadiah dan pelajaran termahal untuk kami semua
Cerita ini aku dedikasikan untuk Alm. Kakak, teman sepelayananku yang terbaik YONI ELITA LOEN…
Cerita ini aku dedikasikan untuk Alm. Kakak, teman sepelayananku yang terbaik YONI ELITA LOEN…
Sesuai dengan pesan almarhumah, dia ingin dengan kisahnya ini banyak orang diberkati …
Dan semua ini dia berikan Untuk Semua Yang Tercinta (spesial untuk Mami dan Felix)
Dan semua ini dia berikan Untuk Semua Yang Tercinta (spesial untuk Mami dan Felix)
TUHAN YESUS memberkati …
Ditulis Oleh Elisabeth Serang
0 comments:
Posting Komentar