Keputusan
penting yang harus kita lakukan dalam hidup ini, setelah keselamatan adalah
keputusan untuk menentukan jodoh dan menikah.
Tuhan
memberikan kepada kita secara alamiah keinginan untuk memiliki teman hidup. Pelajaran
ini sangat penting untuk dilakukan, supaya berkat Tuhan itu turun dalam
pernikahan kita.
Karena
pernikahan adalan dasar bangunan untuk sebuah keluarga yang kita bangun, kurang
pengertian dalam hal ini akan melemahkan dasar atau fondasi keluarga yang kita
bangun, dengan demikian mempengaruhi gereja Tuhan dan masyarakat atau negara.
Dengan
melakukan masa perkenalan yang kudus, berarti kita menghormati Tuhan yang
menciptakan pernikahan, maka dengan sendirinya kita akan mempererat hubungan
kita dengan Tuhan.
Ibrani 13:4- 5: ’Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap
pernikahan, dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur……………..karena Allah
telah berfirman, Aku sekali-kali tidak akan membiarkan kamu dan aku sekali-kali
tidak akan meninggalkan kamu.’
Berpacaran (dating) atau berkenalan (courtship)?
Istilah
pacaran muncul sejak dari jaman Romawi kuno. Pada jaman itu, wanita-wanita kaya
yang ditinggalkan oleh suami mereka karena urusan dagang, merasa kesepian, lalu
mereka bercumbu dengan pembantu laki-laki mereka (seperti isteri Potifar yang
mengingini Yusuf). Lalu istilah pacaran ini menyebar kepada para gadis dan
menjadi terkenal sampai sekarang.
Arti kata ‘pacaran’ itu
adalah, mempunyai rasa tertarik kepada lawan jenis dan mengolah rasa
tertarik ini dalam pikiran, penampilan, tulisan, dalam percakapan maupun
melalui setiap kejadian.
Bentuk pacaran
sudah dicatat dalam Alkitab sejak dalam kitab Kejadian, Kej. 6: 1- 7.
Ayat ke 2 : ’maka anak-anak Allah melihat bahwa anak anak
perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil ister idari
perempuan itu siapa saja yang di- sukainya.’
Ayat 5- 6: ’Ketika di lihat Tuhan bahwa kejahatan manusia
besar dibumi…..segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan….maka
menyesallah Tuhan, bahwa Dia telah menjadikan manusia dibumi’.
Tuhan
membinasakan manusia pada zaman Nuh, dengan salah satu alasannya adalah pacaran
yang terkenal pada masa kini.
Orang-orang
terkenal dalam Alkitab yang hancur hidupnya akibat pacaran adalah Simson, Daud
dan Salomo.
Motivasi pacaran adalah untuk mendapatkan
sesuatu yang didasari
oleh nafsu, dengan tujuan kepuasan pribadi.
Salomo
memperingatkan dalam Pengkotbah 11: 9: ‘Bersukarialah, hai pemuda dalam
kemudaanmu……tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa
engkau kepengadilan’.
Akibatnya,
pacaran tidak saja menimbulkan sakit hati (karena saling menuntut satu sama
lain), tetapi sering kali membentuk dasar-dasar konflik dalam pernikahan.
Dua orang yang
berpacaran, selalu hanya mau berdua-duaan, sehingga mereka acuh terhadap teman
yang lain, sehingga merusak hubungan mereka dengan teman mereka masing-masing.
Bahkan untuk orang yang pernah putus pacar, maka bekas pacarnya akan sangat
terluka atau kepahitan dengan pacarnya yang baru. Yang paling celaka dalam pacaran
yaitu akan merusak hubungan kita dengan Tuhan, karena dua orang yang berpacaran
hanya memperhatikan satu sama lain.
Amsal 8: 17, ‘…Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan
orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku’.
Tragedi yang
sering terjadi dalam pacaran ialah ketidak puasan dan ketidak setiaan., sehingga menyebabkan orang ganti dan pasang pacar.
Dalam masa
pacaran, biasanya orang saling mengikatkan diri dan menikmati komitmen
pernikahan, mereka menyia-nyiakan masa bujangan yang seharusnya menyenangkan.
Setelah memasuki pernikahan mereka tidak lagi membutuhkan untuk saling
memenangkan hati partnernya, karena itu suami menjadi lebih memperhatikan
pekerjaannya dan isteripun mencari kesibukan sendiri, untuk menikmati masa
bujangan yang sudah berlalu. Ini adalah siasat Iblis yang menipu.
Dalam pacaran
laki-laki dan wanita masing-masing berusaha untuk menunjukkan kelakuan yang
baik, sehingga tidak bisa mengenal siapa dia yang sebenarnya.
Masa perkenalan (Courtship)
Pada tahap ini
dimana laki-laki dan wanita merasa tertarik dan memasuki masa untuk saling
mengenal dengan persetujuan orang tua wanita kepada laki-laki tersebut. Dalam
masa pengenalan, maka masing-masing tetap memusatkan perhatiannya atau
persekutuannya dengan Tuhan (1 Kor. 7: 32).
Untuk
membangun pernikahan yang kuat, kita membutuhkan berkat Allah, sedangkan berkat Allah diturunkan kalau kita tunduk atau taat kepada otoritas.
Dalam masa
perkenalan perlu dilibatkan orang tua (Ayah) wanita, karena didalam pernikahan
terjadi perpindahan otoritas dari ayah gadis kepada
pengantin laki-laki.
Dengan
demikian perzinahan dalam pacaran bisa dihindarkan.
Kalau seorang
anak berontak terhadap orang tuanya dengan cara tertentu, maka dia sedang
menurunkan pemberontakannya kepada anaknya sendiri, sehingga dimasa mendatang
dia akan menerima buah akibat ketidaktaatannya. Ingat hukum tabur tuai.
Masa perkenalan dimulai pada saat orang serius akan memasuki
pernikahan, mungkin dengan sepengetahuan orang tua, hamba Tuhan atau teman yang
sudah cukup dewasa.
Pertunangan adalah masa dimana wanita menyetujui untuk menerima
perlindungan pemuda dalam
menuju pernikahan.
Masa
pengenalan ini tidak boleh terlalu lama, karena Tuhan menciptakan wanita untuk
menahan nafsunya dalam jangka waktu tertentu dan akan meledak dalam awal
pernikahan.
Untuk menghindari dosa dalam moral dimasa
perkenalan perlu diperhatikan :
1. Harus memutuskan
bahwa aku akan menjadi ‘wanita untuk satu pria’ atau ‘pria untuk satu wanita’.
Dengan demikian kita menerima komitmen seumur hidup
dalam pernikahan dan setelah memasuki pernikahan kita tidak lagi menginginkan
yang lain, tetapi bekerja sama dengan pasangan kita untuk mencapai kesatuan.
2. Merubah cara pacaran
pada umumnya dengan masa pengenalan yang dewasa.
Untuk merubah pacaran menjadi pengenalan diantara
satu sama lain, kita harus percaya bahwa Tuhan mempunyai rencana dalam hidup
kita, dan ini hanya bisa terjadi kalau kita terus mempererat persekutuan kita
dengan Tuhan.
3. Jangan menjamah,
1 Kor. 7: 1:’…….Adalah baik bagi laki-laki kalau
ia tidak kawin’, dalam bahasa aslinya berbunyi ’tidak menjamah wanita’,
berarti tidak melakukan hubungan badan dengan wanita.
Hasil
penelitian mengatakan bahwa 80% masalah keluarga disebabkan oleh masa pacaran
yang tidak kudus.
Alasan berpacaran yang yang salah :
·
Masalah usia
·
Rasa kesepian.
·
Desakan dari orang
tua atau teman.
·
Merasa suka dan
cocok.
·
Materi.
·
Asmara atau
ketertarikan jasmani.
·
Biologis, khusus
untuk pria karena nafsu.
Menentukan jodoh sesuai kehendak Tuhan :
keluarga
Allah
individu
keluarga
I.
Secara individu.
·
Prinsip 2 Kor. 6:14:
’Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tidak
percaya. (Ezra 10, Maleakhi 2: 11).
- Berdoa, untuk benar-benar yakin akan kehendak Tuhan. Orang-orang tertentu mengatakan diberi tahu oleh Tuhan jodohnya, tetapi jangan jadikan patokan dalam mencari jodoh, karena ini pengalaman pribadi. Sangat subjective!
- Dalam masa perkenalan jangan tergiur dengan kelebihan partner, tetapi usahakan terus mencari kelemahannya, sehingga bisa bekerja sama untuk saling menyesuaikan.
Hubungan emosi dan logika:
Dalam mencari pasangan hidup, perlu
dipikirkan :
1.
Pria harus lebih dewasa rohani dari pada wanita.
Di Kej. 2 :16- 17…Allah memberi perintah kepada Adam,
sebelum Hawa diciptakan. Hal ini sangat penting supaya pria bisa mengasihi
isterinya dan isteri bisa tunduk kepada suami.
2.
Pasangan hidup harus seorang yang menghormati
dan mengasihi orang tua, seperti tertulis dalam Efesus 6:2 ‘
.….supaya panjang umur dan bahagia’.
3.
Seorang yang mengasihi diri sendiri (tidak
berarti egois), sehingga tidak menuntut dan merongrong.
Orang dari keluarga broken home, cenderung untuk
menuntut dalan pacaran, egois, possessive, curiga dan cemburu.
4.
Mempunyai tujuan hidup yang sama, apalagi kalau
ada panggilan melayani full- time. Sebaiknya laki-laki menentukan tujuan
hidupnya dahulu baru mencaari pasangan hidup.
Keintiman menyangkut : emosi, sex, social
(gereja, teman sekerja, keluarga), rekreasi dan intelektual.
II. Keluarga
Minta
persetujuan orang tua dan pendapat sanak- saudara. Dalam statistik, jodoh yang
di restui orang tua, menunjukkan turunnya angka perceraian.
Mat. 22: 37 dan 1 Petrus 4:2- 3, hati-hati dengan mengikuti kehendak
manusia, terutama yang belum mengenal Tuhan.
III. Gembala atau penatua dan saudara seiman
Orang-orang dalam keluarga Allah mengambil
bagian penting dalam memberikan pandangan tentang pasangan hidup. Tetapi
biasanya orang datang kepada gembala atau penatua hanya minta direstui dan
diberkati.
Untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan
pasti, ketiga hal diatas sangat penting, ketiga-tiganya sama penting, dan harus
disetujui oleh ketiga-tiganya.
Kalau kehendak Tuhan:
- Keberhasilan dalam sekolah dan pekerjaan.
- Kemajuan rohani (aktif pelayanan, karakter menjadi dewasa).
- Orang tua menyetujui dan orang sekitar kita mendukung.
Kesalahan dalam pacaran:
1.
Jangan berpacaran dengan harapan partner akan
bertobat.
2.
Jangan kuatir dengn paras wajah, tetapi
perhatikan karakternya.
3.
Ragu-ragu karena tidak mendengar suara Tuhan
siapa jodohnya.
4.
Tidak semua orang akan kawin (Mat.19: 12).
Ada 4 macam persahabatan.
a. Complete
love. b. Self- giving love c. Friendship d. Lust.
Sejauh apa kita boleh pacaran? Sebatas apa?
- Mat. 5: 27 ‘………..setiap orang yang memandang wanita serta menginginkannya, sudah berzinah dalam hatinya’
- Mat.15: 18, 19 ‘……apa yang keluar dari mulut berasal dari hati………dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan………’
- Rom. 13: 13 ‘… ….jangan hidup dalam pesta pora, kemabukan, percabulan dan hawa nafsu’
- 2 Petr. 2: 14 ‘… …..mata mereka penuh nafsu zinah dan tidak jemu berbuat dosa…….mereka adalah orang-orang terkutuk’
- Yudas 1 : 7 ‘………Sama seperti Sodom dan Gomora dan kota sekitarnya yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tidak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang’
Alkitab tidak menulis secara jelas, boleh
atau tidak pacaran, dan sejauh apa kita boleh pacaran, tetapi Alkitab menulis
dengan jelas, setiap perbuatan yang menimbulkan hawa nafsu atau rangsangan
adalah perbuatan zinah dihadapan Tuhan. Rangsangan yang menimbulkan nafsu
berahi adalah dosa diluar hubungan pernikahan, tetapi hal itu kudus dalam ikatan
pernikahan.
Jadi dalam pacaran tidak dilarang untuk ciuman,
pegangan tangan, pelukan, dan tidak di-batasi berapa lama boleh
pelukan dsb, tetapi yang sangat penting yaitu tidak boleh menimbulkan
nafsu berahi dan terangsang : untuk Andi pelukan selama15 detik tidak
menimbulkan nafsu, tetapi Budi tidak tahan, dalam hal ini kebudayaan memegang
peranan.
Kalau kontak secara badani, baik pegangan
tangan, pelukan, bisa menimbulkan rangsangan lebih baik jangan dilakukan!
Pacaran masa kini, walaupun mereka tidak melakukan
hubungan sex, mereka sudah sampai ‘heavy patting’ artinya, ciuman,
pelukan, saling meraba sehingga menimbulkan nafsu birahi.
Nafsu birahi:
- Nafsu berahi tidak pernah bisa dipuaskan karena itu adalah sesuatu yang bersifat menuntut, sedangkan kasih itu memberi. Panca indera kita cenderung menuntut lebih dan lebih, misalnya mata, rabaan.
- Nafsu berahi bisa dikontrol, karena manusia diciptakan sesuai gambaran Allah dan Tuhan sendiri memberi kekuatan untuk itu. Binatang tidak bisa mengkontrol nafsu tetapi dikontrol nafsu.
Contoh:
Program safe-sex, menganjurkan agar
anak remaja diberi kondom, dan orang tua mengijinkan anak remajanya melakukan
hubungan sex dirumah. Program ini menyamakan manusia dengan binatang.
- Nafsu berahi yang tidak bisa dikontrol merupakan dosa yang berasal dari dalam hati, 1Kor. 6: 18: ’…Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri’. Karena itu, orang-orang ini harus mengakui dosanya dihadapan Tuhan dan belajar menguduskan diri dari rangsangan sex.
- Orang yang mempunyai masalah dengan nafsu berahi sebelum menikah, kalau tidak diselesaikan atau bertobat, akan terus terbawa dalam pernikahan dan mengakibatkan penyelewengan sex. Hawa nafsu hanya bisa dipuaskan dengan hubungan sex, dan hubungan sex yang satu disambung dengan yang berikutnya.
Perbedaan laki-laki dan wanita
Nafsu birahi:
·
Laki-laki: terangsang melalui mata karena
melihat, lalu ingin memiliki, karena stimulasi horman menimbulkan nafsu berahi.
·
Wanita : nafsu berahi timbul atau terangsang
melalui perkataan yang manis, yang merayu, karena wanita memakai perasaan dan
nafsunya bangkit dengan lambat melalui pegangan, rayuan, rabaan dan ciuman.
Karena itu
laki-laki sangat terangsang dengan wanita yang memakai rok mini atau yang
menunjukkan bagian dari tubuhnya (perut atau payu- dara, rok yang cowak dan
ketat), sedangkan wanita tidak pernah tertarik dengan laki-laki yang terbuka
bajunya, sebaliknya denga laki-laki yang jantan dalam karakter, gagah dan
bersifat bisa melindungi.
Sex:
·
Laki-laki : bagi laki-laki hubungan sex adalah
hasil akhir dari suatu hubungan.
·
Wanita : sex sebagai suatu bagian kecil dari
hubungan yang luas.
Karena itu laki-laki yang selalu
menginginkan huungan sex dalam pacaran, akan meninggalkan pacarnya setelah
mendapatkan itu.
Pacaran yang sebenarnya:
Immature covenant (low commitment)
intimacy mature
Grace – to forgive and be forgiven
to know and be known
Empowering – to serve and be served
Pacaran dimulai dengan sedikit komitmen,
dengan berjalannya waktu bertambah komitmennya, sehingga timbul trust (percaya)
dan security, karena bertambahnya kasih anugerah Allah dalam hubungan itu,
terjadi mengampuni dan diampuni dalam perbedaan-perbedaan yang ada. Hubungan
ini terus bertumbuh, sampai bisa saling melayani, saling mendorong untuk
sukses, dan terarah kepada keintiman yang lebih dalam yaitu, mengerti, saling
mengenal dan memperhatikan, melengkapi, baru kemudian memasuki pernikahan.
Umur berapa boleh pacaran?
Menurut penyelidikan anak-anak masa puber
masih tidak stabil, mencari identitas diri, dan pikiran belum dewasa, karena
kalau dewasa pemikiran bisa berubah, karena itu jangan pacaran dulu.
Sampai umur 27 tahun, sebenarnya
manusia masih dalam tahap mencari identitas diri.
Menurut Bill Gothard, sampai umur
27 tahun lebih baik melayani Tuhan dulu, baru sesudah itu memikirkan jodoh.
Apakah hanya ada satu jodoh?
Jawabnya:
tidak!
Dalam perjalanan hidup seseorang, sebelum
dia dewasa secara rohani atau umur, dia bisa tertarik dengan orang yang belum
dewasa rohaninya, tetapi Tuhan selalu turut bekerja sama, untuk membentuk
karakternya.
Setelah orang menjadi dewasa, dia akan
cenderung mencari pasangan yang seimbang, yaitu yang dewasa rohaninya.
Manusia bertumbuh terus jiwanya, pemikiran,
keinginan dan perasaannya, karena itu sebelum siap untuk menikah, jangan
pacaran dulu.
Sumber
Sumber
0 comments:
Posting Komentar