Jumat, 24 Mei 2013

Perjodohan, Haruskah Disetujui atau Tidak?


Problematika mengenai jodoh atau pasangan hidup bukanlah perkara mudah untuk dipecahkan. Ketika kita masih terbilang muda, mungkin perjodohan bukan menjadi masalah serius dan bahkan tidak jarang menolak bila dijodohkan dikarenakan alasan gengsi, masih fokus dengan karir, ataupun masih memiliki hubungan dengan orang lain (pacar). Akan tetapi, lain halnya bila usia sudah tidak lagi muda ataupun terdesak oleh situasi, maka perjodohan menjadi jalan akhir yang ditempuh dalam mengatasi "kegalauan" mencari pasangan hidup. Namun pertanyaannya adalah, bagaimana seharusnya sikap kita terhadap perjodohan? Perlukah kita menerimanya atau malah menolaknya?


Pada dasarnya, tidak ada yang salah dengan perjodohan. Bahkan Alkitab mencatat salah satu contoh konkret perjodohan diizinkan dalam Alkitab terlihat pada kisah Ishak dan Ribka (Kejadian 24). Dalam pasal tersebut, digambarkan bagaimana Tuhan turut campur dalam mewujudkan impian Abraham mencarikan pasangan hidup terbaik untuk Ishak.


Sebagai umat percaya, ada beberapa prinsip dasar kekristenan mengenai perjodohan yang dapat kita jadikan sebagai tolak ukur jawaban apakah hasil perjodohan tersebut kita setujui atau tidak, seperti:


1. Pasangan yang sepadan

Sepadan tidak hanya berbicara soal satu iman/agama namun juga adanya keseimbangan. Hal ini bisa berupa karakter yang saling melengkapi. Misalnya, suami seorang pemalu, maka istri hendaknya kebalikan (pe-de).


2. Kesatuan visi

Kesatuan visi sangat penting dimiliki oleh calon pasangan dalam menjalani akan seperti apa kehidupan rumah tangga mereka nantinya kelak. Menjalani rumah tangga diibaratkan seperti menjalani perkuliahan yang tidak ada kata tamat. Keduanya harus selalu belajar dan diharapkan memiliki kesepakatan serta kerjasama sebagai team yang solid. Bila salah satu goyah, maka tidak jarang akan berakhir dengan kekecewaan dan perpisahan. Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh, pastikan apakah diantara calon pasangan sudah memiliki kesatuan visi atau tidak.


3. Minta konfirmasi Tuhan

Ketika poin 1 dan 2 berhasil ditemukan ada dalam diri calon pasangan, maka saatnya meminta konfirmasi Tuhan apakah dia adalah pasangan yang memang Tuhan sediakan bagi kita. Dalam poin ini, Anda dapat meminta tanda dari Tuhan. Perlu diingat bahwa hasil akhir tentang siapa pasangan kita tetap ada di tangan Tuhan. Oleh karena itu, pekalah mendengar suara Tuhan dan kenali Dia lebih dalam lagi.

Sumber 
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...