Saya yakin bahwa ada satu pertanyaan yang jauh lebih sering
diajukan dibandingkan dengan pertanyaan lainnya, terutama jika Anda
melayani orang-orang yang sedang dilanda masalah, pertanyaan itu adalah,
"Mengapa Allah mengijzinkan rasa sakit?" Saya tidak bisa lagi
menghitung sudah berapa kali saya ditanyai masalah yang satu ini.
Jadi, jika Anda menghadapi pertanyaan ini, berikut adalah empat jawaban yang bisa Anda berikan kepada orang-orang itu.
1. Allah memberikan kita kehendak bebas
Di
dalam kitab Kejadian kita melihat bahwa kita ini diciptakan menurut
gambar Allah. Namun seperti apa jelasnya? Allah memberi kita pilihan.
Kita bebas untuk memilih apakah akan melakukan hal yang baik atau yang
buruk, untuk menerima atau menolak Allah. Mengapa Allah memberi kita
pilihan ini? Karena Dia tidak ingin memiliki kumpulan boneka. Dia tidak
harus melakukan hal itu. Dia bisa saja memaksa kita untuk menyembah,
melayani dan mengasihi Dia. Namun Dia ingin agar kita mengasihi Dia
dengan sukarela. Anda tidak bisa mengatakan bahwa Anda mengasihi
seseorang kecuali jika Anda memiliki kesempatan untuk tidak mengasihi
dia.
Kehendak bebas ini bukan hanya menjadi
suatu anugerah. Kadang kala, kehendak bebas itu menjadi suatu beban.
Kadang-kadang, kita membuat pilihan yang bodoh. Pilihan-pilihan itu
menimbulkan segala macam akibat yang menyakitkan dalam hidup kita. Saya
bisa saja memilih untuk mencoba obat bius. Kalau saya sampai ketagihan,
maka itu adalah kesalahan saya sendiri. Saya bisa saja memilih untuk
berperilaku seks bebas. Kalau saya terkena penyakit, maka itu kesalahan
saya. Allah tidak ingin kita mengalami segala kepedihan ini, akan tetapi
Dia akan membiarkan kita menghadapi semua akibat dari pilihan-pilihan
kita.
Bukan hanya kita saja yang memiliki
kehendak bebas, orang lain juga memilikinya. Kadang kala kita terluka
akibat pilihan yang buruk oleh orang lain. Kita semua pernah disakiti
oleh orang lain selama hidup ini. Mungkin Anda pernah membatin, "Mengapa
Allah tidak mencegahnya?" Dia bisa saja mencegahnya. Cukup dengan
merampas kehendak bebas orang yang bersangkutan. Akan tetapi, di sinilah
letak dilemanya. Dalam rangka melakukan hal itu, Dia juga harus
merampas kehendak bebas Anda.
2. Allah memakai rasa sakit itu untuk mendapatkan perhatian kita
Kepedihan
atau rasa sakit adalah suatu lampu isyarat. Lampu isyarat yang
memberitahu kita tentang adanya sesuatu hal yang salah. Bukan rasa sakit
itu yang menjadi masalahnya. Itu hanya suatu gejala saja. Rasa sakit
itu adalah semacam pengeras suara yang dipakai Allah. Seperti pepatah
yang pernah Anda dengar, "Allah berbisik kepada kita di saat kita
menikmati kesenangan, namun Dia berteriak kepada kita melalui kepedihan
kita." Amsal 20:30 berbunyi, "Bilur-bilur yang berdarah membersihkan
kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati." Kadang-kadang
dibutuhkan situasi yang menyakitkan untuk membuat kita mengubah jalan
kita.
Beberapa tahun yang lalu saya memiliki
sepasang sepatu yang sangat saya sukai. Sepatu itu terbuat dari kulit
rusa dan benar-benar terasa halus dan nyaman. Sepasang sepatu yang
sangat hebat! Namun, tak lama kemudian, alasnya bolong. Akan tetapi
bagian atasnya masih terlihat bagus. Saya tetap saja memakainya. Saya
hanya perlu memastikan bahwa saat saya duduk di atas panggung, kaki saya
tetap menjejak di lantai. Saya tidak berminat untuk membeli sepatu
baru, sampai turun hujan selama tujuh hari berturut-turut, dan saya
harus memakai sepatu yang basah itu selama tujuh hari berturut-turut.
Kaki saya yang basah itu akhirnya mendorong saya untuk berubah! Paulus
berkat kepada kita di dalam 2 Korintus 7:9, "Namun sekarang aku
bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena
dukacitamu membuat kamu bertobat." Kadang-kadang dibutuhkan rasa sakit
untuk membuat kita melakukan apa yang Tuhan mau kita lakukan.
Ingatkah
Anda akan kisah Yunus? Yunus berniat pergi ke satu tujuan dan Allah
berkata, "Aku ingin agar kamu pergi ke arah yang lain." Lalu Allah
memberi tumpangan kepada Yunus dalam bentuk yang sangat khas di laut
tengah - dalam perut ikan paus! Dan, di dasar lautan itu, Yunus berkata,
"Saat aku kehilangan harapanku, sekali lagi kuarahkan pikiranku kepada
Tuhan." Allah memakai kepedihan untuk mendapatkan perhatian kita.
3. Allah memakai rasa sakit untuk mengajari kita agar bergantung kepada-Nya
Anda
tidak menyadari bahwa Allah adalah tempat Anda bergantung, sampai
akhirnya Anda hanya bisa berharap kepada-Nya. Paulus menyebutkan hal ini
di dalam 2 Korintus 1:8-10, "Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya
kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang
ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga
kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa,
seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati.
Tetapi
hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami
sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.
Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami:
kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan
kami lagi."
Jika Anda belum pernah berhadapan
dengan masalah, maka Anda tidak akan tahu apakah Allah bisa
mengatasinya. Allah membiarkan kepedihan terjadi untuk mengajari Anda
agar bergantung kepada-Nya. Alkitab berkata di dalam Mazmur 119:71,
"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar
ketetapan-ketetapan-Mu." Sebenarnya, kita ini hanya bisa belajar dari
kepedihan. Belajar bergantung kepada Allah adalah salah satu di
antaranya.
4. Allah membiarkan terjadi kepedihan untuk membuka jalan bagi kita melayani orang lain
Kepedihan
mempersiapkan Anda buat pelayanan. Paulus berkata di dalam 2 Korintus
1:4, "Yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami
sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan
dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah." Setiap orang
membutuhkan pemulihan dari suatu masalah. Tak ada orang yang sempurna.
Siapa yang bisa menolong orang yang kecanduan alkohol melebihi kemampuan
orang yang pernah mengalami kecanduan alkohol itu? Siapa yang bisa
menolong orang yang mengalami pelecehan melebihi kemampuan orang yang
pernah mengalami pelecehan itu? Allah ingin memakai dan mendaur ulang
kepedihan di dalam hidup kita untuk bisa menolong orang lain, akan
tetapi kita harus jujur dan terbuka akan hal itu.
Allah
melakukan hal itu kepada Kay dan saya. Tiga tahun pertama masa
pernikahan kami benar-benar sangat buruk. Saya bisa memahami perasaan
orang yang berkata bahwa dia sangat menderita dan ingin bercerai. Saya
mengerti hal itu karena saya pernah mengalaminya. Namun berkat
pertolongan seorang pembimbing Kristen, Kay dan saya mengatasi semua
persoalan itu dan sekarang menikmati suasana pernikahan yang luar biasa.
Beberapa tahun yang lalu, saya menyampaikan satu seri khotbh ibadah
Minggu pagi mengenai pernikahan, di mana saya membahas tentang berbagai
persoalan dalam pernikahan yang telah kami atasi. Seri khotbah itu
mencapai 12 rangkaian khotbah, namun sebenarnya masih bisa mencapai
sekitar 50. Allah memakai kepedihan Anda untuk bisa menolong orang lain.
Bayangkanlah
seperti apa armada pelayanan yang bisa Anda latih di tengah jemaat Anda
jika Anda menolong orang-orang itu memakai kepedihan di masa lalu
mereka sebagai kesempatan untuk melayani. Allah tidak pernah
menyia-nyiakan kepedihan! (Rick Warren)
0 comments:
Posting Komentar