Keberhasilan
seorang pria dalam membangun sebuah keluarga sangat tergantung pada
keahliannya dalam menggunakan pedang emas. Mengapa pria lebih
ditekankan? Karena pria adalah kepala keluarga sehingga kemana keluarga
itu akan melangkah, ditentukan oleh pria. Meski begitu, hal ini juga
patut diketahui oleh wanita. Lantas, apakah pedang emas itu? Apakah pula
pedang perak?
Pedang Perak
Seorang
pria selalu mempunyai kedua pedang ini. Pedang perak adalah sebuah
pedang yang diperoleh saat seorang pria dewasa untuk melakukan yang
terbaik dalam hidupnya. Bekerja keras, mencucurkan keringat, perjuangan
yang dilakukan dengan pedang perak karena pedang perak adalah simbol
keberhasilan dan kesuksesan seorang pria.
Pedang Emas
Namun,
pria tidak hanya punya pedang perak. Pria juga mempunyai pedang emas.
Pedang emas ini begitu penting dalam keberhasilan membangun hubungan,
terlebih lagi keberhasilan menciptakan pernikahan yang kuat dan sehat.
Pedang emas ini berbicara tentang kelembutan seorang pria, kemauannya
untuk meminta maaf, kesediaannya untuk berubah, kepekaan, dapat
diandalkan, perhatian, hangat, kasih tanpa syarat, kejujuran, lebih berfokus kepada hubungannya yang dekat dengan Tuhan.
Pria
dapat dengan mudah mengasah pedang peraknya, namun jarang sekali
mengasah pedang emas yang mereka miliki. Bagi wanita, membangun hubungan adalah hal alamiah yang begitu mudah terjadi dalam hidupnya. Namun, tidak bagi pria. Pria seringkali kesulitan mengekspresikan kasih. Yang penting mereka bisa menyediakan segala yang dibutuhkan keluarganya.
Panggilan Allah
Allah
memanggil manusia untuk beranak cucu dan memenuhi bumi, Allah yang sama
juga memanggil kita untuk menjadi serupa dengan-Nya karena kita memang
adalah ciptaan yang dibuat serupa dan segambar dengan-Nya. Serupa bukan
hanya dalam bentuk fisik, tapi yang terpenting serupa dengan sifat Allah
sendiri.
Sekalipun
Yesus cakap menggunakan pedang perak-Nya seperti kemampuan-Nya
menenangkan angin ribut, menyuruh Lazarus keluar dari kubur meski dia
telah meninggal, menyembuhkan banyak orang dan memberi makan 5000 orang
laki-laki, tetapi Dia tak pernah lupa untuk mengasah pedang emas-Nya.
Terbukti, Dia begitu sabar mendengarkan keluhan perempuan Samaria, Dia
meminta Zakheus turun, dan Dia menangis saat Lazarus meninggal. Bahkan
ketika Yesus letih, Dia tetap berkhotbah saat begitu banyak orang
mendapati-Nya. Ada sebuah kelembutan hati yang kita tangkap.
Mari kita semakin serupa dengan Tuhan, Pencipta dan Juru Selamat kita.
Mari asah pedang emas yang kita punya sehingga di dalam diri kita
terpancar Yesus dan banyak orang yang terberkati karenanya, termasuk
pasangan kita.
0 comments:
Posting Komentar