Minggu, 09 September 2012

Kebangkitan Generasi Yusuf


“Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri — demikianlah firman TUHAN –: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”” (Kej. 22:15-18)

Ketika Tuhan membuat ikatan janji dengan Abraham, secara langsung ataupun tidak langsung, ikatan janji yang sama menjadi bagian warisan Ishak ketika Ishak terhubung secara akurat dengan Abraham. Demikian pula kita sebagai orang-orang percaya, ketika kita terhubung secara akurat dengan bapa rohani kita, ikatan janji yang sama seperti yang Ishak terima dari Abraham pun akan mulai kita nikmati.

Berikut ini adalah bagian dari ikatan janji itu:
1.      Kita akan hidup dalam perkenanan Tuhan.

2.      Kita akan hidup dalam penjagaan-Nya yang sempurna.
 Tuhan telah menetapkan agar setiap orang percaya dapat menerima janji yang sama seperti yang Ia berikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub: Siapa yang memberkati kita akan Ia berkati dan siapa yang mengutuki kita atau merancangkan kejahatan terhadap kita akan berurusan langsung dengan Tuhan sendiri. Kualitas hubungan yang kita miliki dengan bapa rohani kita akan menentukan apakah berkat yang sama yang turun dalam hidup Ishak dan Yakub oleh karena terhubung kepada Abraham juga akan termanifestasi dalam hidup
kita.

3.      Tuhan akan memberikan kepada kita otoritas pemerintahan (Kej. 22:17b).
Lewat hidup kita, kuasa Tuhan akan mulai termanifestasi. Ke area atau aspek kehidupan manapapun Tuhan membawa kita, di sana kita akan berkuasa dan memiliki posisi untuk mempengaruhi. Saya percaya itu semua akan terjadi secara ilahi karena campur tangan Tuhan dalam hidup kita.

Ketika Yusuf pertama kalinya dibawa masuk ke Mesir, ia masuk ke Mesir sebagai seorang budak. Akan tetapi, hanya dalam kurun waktu 13 tahun Yusuf menjadi pemimpin di sana; semua itu disebabkan karena Yusuf terhubung secara akurat dengan bapanya, Yakub, sehingga otoritas pemerintahan yang Tuhan janjikan
kepada Abraham, Ishak dan Yakub, juga tergenapi lewat hidup Yusuf.

Ketika kita terhubung secara akurat dengan bapa rohani kita dan dengan motivasi yang murni, otoritas pemerintahan yang sama yang sudah ia terima dari Tuhan pun akan mulai termanifestasi lewat hidup kita.

4.      Lewat hidup kita akan lahir suatu standar hidup yang baru untuk generasi yang baru.
Standar hidup yang dimaksud di sini bukanlah standar hidup yang lebih rendah melainkan standar hidup yang ilahi – Tuhan akan memakai hidup kita sebagai model di mana lewat hidup kita orang-orang lain akan mulai belajar seperti apa sebetulnya kehidupan yang sehat dan seimbang. Karena itu, jangan pernah ikut-ikutan dengan yang lain; jangan pernah bergaul dengan mereka yang memang tidak mau berubah dan maju.
Pastikan kita sedang terus berjalan bersama mereka yang melangkah menuju destiny ilahi.

5.      Tuhan akan membuat hidup kita menjadi saluran anugerah-Nya (Kej. 22:18).
Satu hal yang saya pelajari, Tuhan tidak pernah menghendaki ikatan janji yang sudah Ia buat dengan kita hanya berhenti sampai pada kita tetapi Ia rindu untuk dapat melanjutkan ikatan janji tersebut dengan garis keturunan kita yang selanjutnya. Itu sebabnya Ia menyebut diri-Nya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, karena Ia adalah Allah antar generasi.

Dari kitab Kejadian kita akan mendapati bahwa janji yang Tuhan pernah berikan kepada Abraham yang kemudian dilimpahkan kepada Ishak dan lalu kepada Yakub, secara literal baru sungguh-sungguh tergenapi sepenuhnya dalam hidup Yusuf. Yusuf hidup dalam anugerah Tuhan, sehingga walaupun ia dibuang ke Mesir sebagai seorang budak, Alkitab berkata Tuhan selalu menyertai Yusuf.

Pertanyaannya saat ini, bagaimana Yusuf bisa muncul menjadi pribadi yang menggenapi rencana Tuhan?
Adapun Yakub, ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di tanah Kanaan. Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun — jadi masih muda — biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya” (Kej. 37:1-2)

Dalam ayat yang kedua kita akan mendapati bahwa walaupun Yakub memiliki 12 anak laki-laki, tapi yang dicatat dalam Kejadian 37 ini hanya Yusuf saja: “Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf…”. Karena itu pastikan engkau terhubung secara akurat dengan bapa rohanimu, karena ketika itulah engkau akan dapat melihat bagaimana hidupmu dengan mudah akan mulai mewarisi satu kualitas hidup yang membuat engkau layak menampung semua janji Tuhan.

Apa yang sebetulnya menjadi pengharapan seorang bapa rohani? Pengharapan seorang bapa rohani hanya satu: ia memiliki garis keturunan – anak-anak rohani – yang memiliki kualitas hidup yang sanggup
menampung kualitas roh yang sama untuk terimpartasi.

Elia bukan hanya memiliki Elisa tetapi juga rombongan para nabi yang lain, tapi sebelum Tuhan mengangkat Elia, yang terus mengikuti ke mana Elia pergi hanya Elisa seorang, padahal rombongan nabi yang lain juga tahu bahwa Elia akan diangkat ke surga tetapi mereka tidak mengambil tindakan apapun karena mereka tidak terhubung secara akurat. Itu sebabnya sebelum Elia terangkat ke surga, apa yang Elisa minta yaitu dua bagian dari roh Elia bisa ia dapatkan sebagai warisan rohani.

Ketika kita terus terhubung secara akurat dengan bapa rohani kita, kualitas hubungan yang kita miliki tersebut tanpa sadar akan membentuk kualitas hidup kita menjadi cukup sepadan atau cukup layak untuk membawa kualitas roh yang sama seperti yang dimiliki bapa rohani kita.

Oleh karena Yusuf terhubung secara akurat dengan Yakub, iapun mulai mewarisi kualitas hidup yang Yakub miliki. Kualitas hidup yang seperti apakah itu? Kejadian 37 ayat 1 berkata, “Adapun Yakub, ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di tanah Kanaan”. Dalam terjemahan lainnya dikatakan: “Yakub diam di negeri asing sebagai pengembara.” Namun meskipun Yakub diam di negeri asing – Kanaan – ia tidak kemudian berubah menjadi seperti penduduk Kanaan. Kemampuan untuk dapat bergaul tanpa menjadi serupa itulah yang diwariskan oleh Yakub kepada Yusuf; itu jugalah yang menjadi modal utama Yusuf, karena ia harus masuk ke Mesir tanpa berubah menjadi seperti orang Mesir.

Demikian pula dengan kita; Tuhan tidak menghendaki kita hanya menjadi orang Kristen yang baik, tapi Ia telah menetapkan kita menjadi garam dan terang dunia. Sebelum kita mewarisi kualitas hidup yang satu ini, kita tidak akan pernah ditetapkan oleh Tuhan sebagai orang benar yang akan menduduki kota-kota musuhnya. Jika kita belajar dari hidup Lot, pada awalnya Lot hanya berkemah di dekat Sodom, lalu kemudian dia tinggal di tengah-tengah Sodom, dan akhirnya ia menjadi pemimpin di sana. Akan tetapi, meski Lot menjadi pemimpin di Sodom, ia telah menjadi sama seperti orang Sodom (Kej. 13:12; 14:12; 19:1).
Sebagai seorang pemimpin, Lot seharusnya memiliki otoritas dan pengaruh akan tetapi yang terjadi adalah yang sebaliknya. Tuhan tidak menghendaki kita sebagai orang-orang percaya berubah menjadi seperti dunia ini ketika Tuhan mengutus kita untuk menjadi garam dan terang dunia. Karena itu, pastikan kita memiliki kualitas hidup yang berbeda atau dengan kata lain having contact without contamination – kita bisa tetap bergaul tanpa menjadi serupa.

Bagaimana caranya agar kita bisa bergaul tanpa menjadi serupa?

1.      Pastikan kita terus menetapkan dengan jelas prinsip-prinsip hidup yang mutlak dan tak ternegosiasikan kepada orang-orang lain.
Jika kita tidak pernah mengijinkan orang-orang di sekitar kita tahu bahwa kita berketetapan untuk hidup dalam kebenaran, mereka akan selalu berusaha untuk “menawar” kita untuk melihat apakah kita bisa “dinegosiasikan”. Ketika kita mulai memasuki dunia bisnis dan kita memegang sebuah prinsip untuk berbisnis dengan jujur, mau tidak mau kita harus mulai menyatakan apa yang menjadi prinsip kita itu kepada orang-orang yang berinteraksi dengan kita, karena jika tidak, mereka akan berasumsi atau menganggap kita sebagai salah satu dari sekian banyak orang yang prinsip hidupnya selalu bisa dinegosiasikan. Yesus sudah membeli kita dengan harga yang mahal dan kita adalah milik-Nya, karena itu kita tidak pernah bisa diperjual belikan dengan apapun juga.

Alasan mengapa Yusuf tidak bisa dengan begitu saja diperdaya oleh isteri Potifar adalah karena prinsip hidup yang Yusuf pegang. Meskipun isteri Potifar menggoda Yusuf berkali-kali dan berhari-hari, Yusuf tetap bisa bertahan dan tidak tergoda sedikitpun (Kej. 39). Walaupun ada konsekuensi yang Yusuf terima, konsekuensi tersebut sebetulnya justru “menyelamatkan” dirinya untuk tidak perlu lagi menghadapi godaan isteri Potifar.
Ketika Tuhan membawa kita masuk ke dunia sekuler, akan ada banyak tawaran dan iming-iming keuntungan besar yang diberikan orang-orang lain, dengan syarat kita harus menegosiasikan standar hidup yang kita miliki. Pastikan kita selalu dengan tegas berkata “tidak”, karena meskipun ada konsekuensi yang harus kita
tanggung, konsekuensi itulah yang seringkali justru akan “menyelamatkan” kita.

Saya mendapati, yang menjagai Yusuf sehingga ia bisa terus bertahan dan akhirnya muncul sebagai pemimpin di Mesir tanpa cacat cela adalah karena ia Yusuf belajar dari bapanya, Yakub (Kej. 27:18-29 – Yakub membohongi Ishak ayahnya demi mendapatkan berkat; Kej. 29-30 – Yakub menipu dan berlaku licik terhadap Laban ayah mertuanya; oleh karena semua inilah Yakub mengalami berbagai pengalaman yang tidak enak – ia terusir keluar dari rumah bapanya dan diperdaya oleh mertuanya sendiri). Dari pengalaman hidup Yakub, Yusuf belajar bahwa orang yang berbohong akan menanggung konsekuensi dan efek negatif yang fatal.

Itu sebabnya dalam Kejadian 39:1-2 Alkitab berkata bahwa Tuhan menyertai Yusuf dan membuat apapun yang Yusuf kerjakan berhasil, dan Yusuf tinggal di rumah tuannya. Sadarilah hal ini: tidak semua budak bisa tinggal di rumah tuannya, akan tetapi Yusuf tinggal di rumah Potifar karena ia telah didapati jujur dan bisa dipercaya.

Ketika Yakub berusaha untuk mendapatkan Rahel, ia harus bekerja tujuh tahun tanpa upah demi mendapatkan Rahel, namun setelah itupun yang ia dapati ternyata adalah Lea. Ia harus kembali bekerja tujuh tahun lagi tanpa upah baru kemudian bisa mendapatkan Rahel. Dari sini Yusuf belajar bahwa orang yang berusaha dengan cara-cara manusiawi akan selalu terlunta-lunta dan menghadapi batu sandungan, itu sebabnya Yusuf terus berusaha untuk mengandalkan Tuhan.

Karena itu jadilah seperti Yusuf, yang mau membuka dirinya untuk belajar dari bapanya; pastikan kita terus belajar dari bapa rohani kita; ikuti dan teladani prinsip-prinsip kebenaran yang Tuhan telah bangun dalam dirinya. Jadikan prinsip-prinsip hidup yang ia miliki sebagai prinsip hidup kita juga yang tak ternegosiasikan.

2.      Pastikan kita selalu ada pada posisi yang memimpin atau mempengaruhi.
Istilah yang saya gunakan adalah: Jika kita tidak sedang berbicara, artinya kita sedang mendengarkan; atau dengan kata lain jika kita tidak sedang mempengaruhi, artinya kitalah yang justru sedang dipengaruhi. Pastikan kita memiliki kualitas hidup yang selalu memposisikan kita sebagai yang mempengaruhi, bukan yang dipengaruhi. Bagaimana caranya? Pastikan prinsip firman semakin terbangun kokoh dalam hidup kita, karena semakin kita hidup dalam prinsip, semakin kita akan muncul sebagai orang yang memberi pengaruh; semakin kita hidup tanpa prinsip, semakin kita menjadi orang yang hidup untuk dipengaruhi. Karena itu, terus asah ketajaman roh kita; jadikan prinsip-prinsip firman yang sudah kita dengar sebagai prinsip mutlak yang tak tergoyahkan dalam hidup kita

3.      Jangan pernah ragu untuk menyingkapkan atau berurusan atau menegur kesalahan atau kejahatan dari sahabat-sahabat kita.
Pada saat kita sedang berinteraksi dengan rekan-rekan kerja atau rekan bisnis kita dan kita melihat mereka mulai melakukan berbagai kecurangan, jangan pernah ragu untuk angkat suara. Karena dengan kita menyingkapkan kesalahan mereka, kita sedang menetapkan suatu standar hidup yang baru – standar hidup yang ilahi. Memang teguran yang ingin kita sampaikan tersebut bisa disampaikan dengan berbagai cara, karena itu terus kembangkan kemampuan berbicara dan kualitas hidup kita, sehingga ketika kita berbicara, kita berbicara mewakili Tuhan sendiri. Dengan demikian, kesalahan tidak akan pernah tersembunyi dan keberanian kita untuk mengkonfrontasi kesalahan justru akan merintis suatu jalan untuk lahirnya suatu generasi yang sungguh-sungguh berbeda dari generasi yang bengkok yang ada sekarang ini.

Tentu akan ada konsekuensi yang harus kita hadapi, tapi Alkitab berkata, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”. Karena itu, mari bangun kualitas hidup kita sedemikian rupa, sehingga kalaupun ada konsekuensi yang harus kita hadapi, kita berketetapan untuk menghadapinya dan kita bisa tetap bergaul tanpa menjadi serupa. Biar generasi yang baru dan berbeda itu akan sungguh-sungguh lahir lewat hidup kita.

Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...