Sabtu, 01 September 2012

Cemburu Itu Dosa atau Tidak?


Apakah salah kalau  manusia merasa cemburu? Kata orang cemburu akan mendorong kita untuk lebih maju dengan semangat kompetisi. Selain itu cemburu juga dapat mempertajam konsep diri seseorang. Dalam suatu hubungan, cemburu sering diartikan sebagai takut kehilangan yang kemudian ditafsirkan sebagai cinta.
Tapi dimana batasannya? Kapan cemburu menjadi tidak sehat dan berbahaya?

Perasaan cemburu yang semakin kuat dan menguasai akan menjadi iri hati. Iri hati yang berkepanjangan akan menjadi dengki. Dengki inilah yang akan menjadi pintu gerbang masalah dalam kehidupan seseorang. Lewat pintu gerbang ini perasaan-perasaan negatif dengan bebasnya masuk yang pada akhirnya menghancurkan kehidupan seseorang.

Drama kehidupan tentang iri hati, dengki, kebencian, kejahatan dan kehancuran dapat kita pelajari dalam kehidupan seorang yang tampan dan sukses bernama Saul. Sebagai pemegang kepemimpinan tertinggi di Israel, boleh dikata Saul jatuh terjerembab karena membiarkan perasaan cemburu ini berkembang biak dalam hatinya.

Ciri-ciri kecemburuan Saul menurut 1 Samuel 18:8 adalah 
1) Marah karena ada orang yang lebih darinya;
(2) Merasa direndahkan  orang; 
(3) Takut kebilangan jabatan atau kedudukan; 
(4) Menyimpan dengki di hati.

Jika perasaan-perasaan ini muncul dalam hati kita, ini adalah alarm tanda berbahaya. Saatnya kita harus mengambil langkah untuk berbalik dan tinggalkan perasaan cemburu tersebut. Karena jika diteruskan perasaan ini akan mengakibatkan masalah-masalah emosi seperti di bawah ini:

1. Roh Keresahan (18:10). 
Seseorang yang menjadi resah dan terganggu karena perasaan cemburu yang membakar barangkali berasal dari roh keresahan  (Spirit of Distress) ini. Saul yang dengki kepada Daud suatu hari kerasukan roh. Selanjutnya,  roh ini yang mengakibatkan dia menjadi susah tidur, gelisah, kehilangan gairah, gampang marah serta berpikiran negatif.

2.  Marah yang Tidak Terkontrol (18:11). 
Jika berlanjut, dan perasaan negatif semakin memuncak maka kemarahan akan menjadi lebih sulit dikontrol. Kemarahannya meledak-ledak dan cendereng untuk melukai atau menghacurkan. Karena tidak bisa mengendalikan dirinya maka Saul melempar Daud -yang sebenarnya sedang menghiburnya- dengan tombak
.
3. Ketakutan yang Tidak Wajar (18:12). 
Setelah kemarahan yang tidak terkontrol maka timbulah perasaan takut yang mencekam. Kali ini Saul takut kepada Daud bukan karena Ia lebih gagah dan kuat, tapi dalam hatinya Ia tahu bahwa Tuhan sudah meninggalkannya. Kehilangan hubungan dengan Tuhan menyebabkan ketakutan. Ia merasa kehilangan arah, tujuan hidup dan kepercayaan diri.

4. Kejahatan yang Berencana (18:13). 
Karena perasaan negatif semakin menumpuk, kebencian yang semakin memuncak, sedangkan hubungan dengan Tuhan yang  semakin jauh maka seseorang akan mampu merancangkan kejahatan dan mewujudkannya. Inilah yang dilakukan Saul, ketika ia mengatur skenario untuk membunuh Daud.  Kejahatan akhirnya menjadi obsesi baginya.

Selebihnya kehidupan Saul, kepahlawanan dan kejatuhannya semua orang pun tahu. (Baca 1 Samuel)
Melihat kerugian yang bisa diakibatkan oleh perasaan cemburu, seharusnya kita menghindarinya. Jangan memberikan tempat kepada rasa cemburu untuk bertumbuh dalam hati kita sehingga membuahkan perasaan negatif lainnya. Paulus memberikan nasihat yang bijaksana untuk menjaga pikiran kita.

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8).

Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...