Rabu, 29 Agustus 2012

Perbedaan Antara Menabur Untuk Kehidupan dan Menabur Untuk Kematian


Kita dapat memilih bagaimana dan dimana kita menabur benih yang telah diberikan. Kita bisa menabur dalam kedagingan dan menuai lebih banyak kedagingan; atau kita menabur dalam roh dan mendapatkan hasil-hasil rohani.

Paulus mengatakan bahwa, "keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah" (Roma 8:6-8, penekanan huruf tebal ditambahkan).

Menabur adalah sebuah keputusan antara hidup dan mati. Bila memilih menabur untuk diri sendiri, kita mengikat tangan Tuhan sehingga Ia tak bisa memberkati kita. Tak ubahnya seperti berdiri di tengah ladang dengan benih di genggaman, tidak menanamnya, seraya mengharapkan hasil yang lebih banyak. Benih itu tentu tak bisa tumbuh di tangan kita.

Bagian Alkitab ini mengajar prinsip yang lain: Kita akan melayani dimana kita menabur. Bila menabur ke dalam daging, kita akan mengabdikan diri pada kedagingan; bila menabur untuk Tuhan, kita melayani Tuhan. Kita tak bisa melayani keduanya. Yesus berkata, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Matius 6:24).

Menabur-Sebuah Keputusan Antara Hidup Dan Mati
Dalam logika sederhana, menabur dalam daging sama dengan menanam semua milik saya untuk memenuhi kebutuhan sesaat tanpa mengindahkan hal-hal yang sifatnya abadi. Dalam kasus ini, pendapatan saya dihabiskan untuk merasa nyaman atau menyenangkan kedagingan dari pada menyimpan dan menginvestasikan benih yang Tuhan telah berikan bagi saya. Dengan begitu, saya mengabaikan Tuhan dan menyenangkan diri sendiri. Ketika kita menabur dalam kedagingan, dalam kebiasaan berkubang dalam dosa, kita hanya akan mendapatkan lebih banyak kedagingan. Hanya ada satu ujung bagi kedagingan – mengalami kerugian dan mati.

Tapi, ketika kita menabur untuk Allah dan KerajaanNya, kita mengakuinya sebagai Sumber dan satu-satunya yang bisa memberkati kita. Bila kita memilih untuk menabur demi hasrat sendiri, sebagaimana yang dilakukan dahulu oleh Adam, kita menempatkan diri kita di bawah kutuk yang sama (lihat Kejadian 3:17-19). Kutuk itu adalah kita akan berjerih lelah ketimbang menikmati membanjirnya berkat dan hubungan yang erat dengan Allah.

Sumber : Disadur dari: Buku Strategies for Financial Breakthrough (Eugene Strite)

Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...