Selasa, 22 Mei 2012

Seorang Wanita Kristen Yang Memberikan Sebagian Livernya Untuk Saudara Seimannya


Jeanette Barber, yang telah dengan setia membantu nenek kami yang sakit, memberitahuku tentang teman anak perempuannya di gereja, Teresa Israel, yang memberikan sebagian livernya untuk didonorkan kepada seorang teman. Aku bilang, "Jeanette, cerita soal itu, dong!" Yang mengejutkan, beberapa hari kemudian Jeanette mengisahkan peristiwa 4 Agustus 2002 itu kepada jurnalis harian Asheville Citizen-Times, Susan Reinhardt.
Tracy Wilde, yang berusia 20-an tahun, hilang pengharapan. Ibu dua anak perempuan dari Weaverville ini sekarat karena penyakit liver, setelah satu dekade mengalami masalah-masalah kesehatan. Selama hidupnya, dia tidak menginginkan apa-apa kecuali menjadi seorang ibu yang baik. Setelah 2,5 tahun, dia mendapati bahwa dirinya membutuhkan liver yang baru. Sejak saat itu, kesehatannya terus menurun, dan sekarang dia terlalu lemah untuk menggendong anak-anaknya, memasak untuk mereka, atau berlari bersama mereka di halaman. Wendy dan Tracy bertemu di gereja pada tahun 1991. Mereka berteman, tidak lebih dari itu, namun Wendy tidak dapat berhenti memikirkan anak-anak perempuan yang akan kehilangan ibu mereka. Teresa Israel juga adalah jemaat gereja itu. 

Wendy mendapatkan ide (lebih tepatnya, Tuhan menempatkan keinginan itu dalam hatinya). Keinginan itu muncul pada suatu hari di musim panas tahun 2000. Suaminya ingat betul hari saat Wendy menyampaikan berita yang mengguncangkannya itu: keinginannya untuk membantu menyelamatkan Tracy. Saat itu dia baru pulang dari bekerja sebagai staf pembenahan di penjara Craggy, dan mendapati istrinya berdiri di pintu belakang. 

Wendy diam dan menerawang sejenak, menyiapkan diri untuk apa yang akan dia katakan. Doanya telah terjawab. Bapa Surgawinya telah memberkatinya dengan keinginan luar biasa yang Wendy rasakan. "Tuhan," katanya, "ingin aku melakukannya." 

Setelah mendapatkan berkat ilahi ini, dia masih membutuhkan satu hal lagi. Restu dari suaminya. Tidaklah mudah bagi seorang pria untuk mengatakan, "Ya, Sayang, itu sungguh suatu tindakan yang mulia." Tidak semudah itu. Keluarga Ballards telah banyak kehilangan di beberapa tahun terakhir ini, termasuk keguguran tiga bayi dan ibu Wendy yang meninggal karena kanker. 

Akhirnya, kehidupan mereka mulai membaik dan mereka memiliki dua anak yang cantik, pekerjaan yang baik, dan kesehatan yang baik. Mereka memiliki rumah yang nyaman di daerah Asheville yang aman, di mana anak-anak mereka bisa bermain di bak pasir atau ayunan di halaman belakang. 

Tim berdiri di ambang pintu. Istrinya memandang wajahnya dalam-dalam dengan matanya yang hijau, mata yang sama yang selalu membuatnya berhenti bernapas, sejak menit pertama dia melihatnya di musim panas di Pantai Myrtle, S.C., sesaat setelah kelulusan SMA. Sang istri meletakkan tangannya di perutnya sendiri, di tempat livernya berada.

"Bagaimana menurutmu?" tanyanya.
"Ini bukan keputusanku," kata Ballards, yang menyanyi dalam kwartet Christian Gospel pada malam hari dan berurusan dengan para pengedar obat terlarang, pembunuh, pemerkosa, dan pencuri pada siang hari di penjara. Ada kelembutan dalam dirinya, sifat lembut yang tidak terduga dari posturnya yang gagah dan kekar. "Kamu harus mendoakannya. Bila kamu mendoakannya dan merasakan damai sejahtera, maka aku akan mendukungmu 100%."
Wendy tersenyum dan berekspresi seperti seorang anak yang menghampiri ibunya, seorang anak yang ingin mainan baru atau minta izin untuk tidur lebih lama.
"Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu," kata Wendy dengan suara berbisik. Meskipun mereka telah menikah selama bertahun-tahun dan dan menjadi sangat akrab, cinta mereka sangat kuat, rasa menghormati sangat dalam. Mereka menghidupi janji-janji nikah mereka sesuai dengan apa yang Alkitab katakan, dan mengambil petunjuk-petunjuk untuk memertahankan janji-janji tersebut dari setiap halaman Alkitab. Tanpa suami yang mendukung di belakangnya, dia akan mundur, ia sadar permintaannya tersebut terlalu berat bagi ayah anak-anaknya. Bagaimana mereka bisa mengatur semuanya tanpa sang ibu, haruskah terjadi sesuatu?
Tim tahu benar siapa istrinya. Dia mengetahuinya saat dia bertemu dengannya pada tahun 1986, gadis pirang mungil dari Chapin, S.C., ini adalah wanita yang akan memberikan pakaiannya kepada orang lain. Atau, seperti yang dia hadapi saat ini, sebagian livernya. 

Wendy berdiri di sana, sinar bulan menyinari rambutnya sehingga seolah-olah ia memakai mahkota. Dia meletakkan tangannya di perutnya, memandang wajah suaminya dan mengangkat alisnya. Bila Tuhan mengatakan ya, dan Wendy harus melakukannya, maka suaminya akan mendukung keputusan yang sangat bermanfaat itu. 

Wendy tahu risikonya tidaklah besar. Liver dari seorang yang sudah meninggal akan memberikan peluang 50-50 bagi seorang wanita yang sakit. Transplantasi dari donor yang masih hidup dapat menurunkan risikonya menjadi 25%.

Menurut Wendy, 25% cukup baginya untuk membuatnya mau berada di bawah terangnya cahaya lampu ruang operasi dan melakukan pembedahan dari tulang dada ke perut, dan sepanjang sisinya, membuat pembedahan pada perut seperti simbol Mercedes yang besar. Dia akan melakukan ini untuk seorang wanita yang bukan saudara kandungnya, bukan ibunya atau anaknya, atau bahkan sepupunya. Hanya teman. Tapi itu sudah cukup. 

"Dia (wanita sakit itu) dan dua anaknya yang sangat berharga," pikir Wendy. "Tuhan, mereka harus mengenal ibu mereka. Inilah yang harus aku lakukan!"
Dengan penuh semangat dan dengan tujuan yang pasti, Wendy tidak sabar lagi menunggu pagi hari untuk menceritakan hal ini kepada Tracy.
"Ayo kita beritahu dia," katanya kepada Tim. Dan hari itu juga mereka menuju ke Weaverville, berbelok ke Marshall, dan sampai di Shepherd's Branch Road menuju ke bukit di mana terdapat dua rumah yang jaraknya kira-kira sejauh jarak antartitik tumpu lapangan kasti. Tracy Wilde dan suaminya tinggal di salah satu rumah itu. Ibu dan ayahnya di rumah yang satunya.
Wendy melangkah ke beranda depan rumah Johnny dan Linda Brown. Dia merasakan hatinya berdebar. "Inilah yang harus aku lakukan," dia mengingatkan dirinya sendiri. 

Tracy (kira-kira pada saat itu berusia 26 tahun), seorang wanita yang lincah dan jujur yang mencintai hidup, namun tidak didukung oleh kondisi tubuhnya, sedang duduk di ayunan. Dia tampak kurus dan lemah seperti seorang wanita yang usianya tiga kali dari usianya sekarang. Tubuhnya penuh dengan luka dan kerusakan organ dalam. Ini berawal dari radang usus besar yang dideritanya 10 tahun yang lalu (kira-kira tahun 1990), suatu penyakit yang dia rasa mengganggu tetapi tidak berbahaya, yang kemudian menjadi semakin parah pada tahun 1999 hingga menjadi penyakit liver yang mematikan. Dokter mengatakan bahwa dia perlu transplantasi liver dan dokter di Mayo mengatakan hal ini mungkin perlu waktu 10 -- 15 tahun untuk mendapatkannya. Tracy menangis, namun kemudian merasakan suatu pesan di hatinya, "Kamu akan mendapatkan donor liver sehingga kamu bisa sehat. Dalam 2 -- 3 tahun, kamu akan mendapatkannya. Bukan 10 -- 15 tahun. Dan kamu akan sehat." Tuhanlah yang mengatakan itu kepadanya.

Sejak tahun 2000 hingga Maret 2002, Wendy tak henti-hentinya menghubungi koordinator transplantasi di Klinik Mayo untuk mendonorkan 62% dari livernya (yang akan menjadi pendonor hidup yang ke-15 pada usia 33 di Mayo), tetapi Mayo menunggu donor dari orang yang sudah meninggal. Pembedahan itu merupakan sesuatu yang sangat besar, baik bagi pendonor maupun resipiennya. Sebelum operasi dilakukan, berat badan Tracy menyusut kira-kira 80 pon dan terlalu lemah untuk melanjutkan hidup. Tetapi pada 6 Maret 2002, Mayo menelepon, dan pembedahan dilakukan satu bulan kemudian. Hanya 25% peluang keberhasilannya. Tetapi tangan Tuhan turut campur; dan lima bulan setelah operasi, keduanya sehat. Anak-anak Tracy mendapatkan ibu mereka kembali dan dua wanita itu menjadi sahabat. Jeanette mengatakan bahwa dia, dirinya sendiri, tahu setiap detailnya, dan kesaksian mukjizat kesehatan ini penuh dengan detail inspiratif yang bahkan tidak ditulis di koran. 

Siapa pun yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat adalah saudara seiman dan Alkitab jelas mengatakan suapaya kita saling memerhatikan. Tetapi banyak dari "panggilan" Allah itu memerlukan kekuatan yang dahsyat untuk bisa memenuhinya. Kebanyakan membutuhkan lebih dari sekadar keinginan untuk tahu meskipun Tuhan sudah melangkah dan menggunakan orang-orang yang ada dan keadaan untuk menciptakan suatu mukjizat, seperti kisah Wendy dan Tracy.

Sumber : Terjemahan dari situs  THE TRUTH...what is it?
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...