Senin, 28 Mei 2012

Kesaksian - Kezia Angeline


Desember 2011 Tuhan membawa Jeffry S. Tjandra melayani di Singapura. Salah satu gereja di sana mengundangnya, dan secara khusus saat itu Jeffry diminta untuk menyanyikan lagu ”Ku Takkan Menyerah” berdua dengan seorang gadis kecil usia 10 tahun, bernama Kezia. Namun Kezia bukan seperti gadis kecil lainnya, sejak kecil sampai saat ini dia sangat bergantung pada kursi roda, yang membawa kemanapun dia pergi.
Pada waktu papa mama Kezia menikah semuanya berjalan dengan sempurna. Sampai suatu kali didapati ada kista yang menempel di dinding kandungan mama Kezia. Saat itu dokter kandungan berkata bahwa kista itu harus segera diangkat bersama dengan kandungannya, karena akan membahayakan dia. Mereka sadar betul bahwa akibat dari pengangkatan kista itu bahwa mereka akan kesulitan mendapatkan keturunan, padahal mereka baru saja menikah. Mereka minta waktu satu minggu sebelum memberi keputusan. Dalam waktu satu minggu itu mereka masuk dalam doa puasa. Dan setelah waktu satu minggu itu mereka bertemu kembali dengan dokter kandungan  yang adalah seorang anak Tuhan. Pada waktu kandungannya dicheck kembali, didapati bahwa kista itu telah lenyap secara ajaib.
Agustus 1988 lahirlah Jeremy, kakak kandung Kezia, dengan normal tanpa ada gangguan apapun. Setelah beberapa tahun mereka bermaksud punya anak lagi. Kali ini mereka sangat hati-hati, mereka mengecek kondisi kesehatan mama Kezia dengan teliti. Dan seluruh dokter ahli yang diminta pendapatnya menyatakan bahwa kandungannya ada dalam kondisi aman.
Awal 2001 mama Kezia positif hamil. Pada awal bulan kehamilan semuanya berjalan  lancar. Namun pada usia kandungan 6 bulan dokter kandungan mendapati adanya masalah serius dengan janin itu. Dokter kandungan berusaha menenangkan mereka dan berkata bahwa mukjizat masih ada. 
Berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya, mereka kembali masuk dalam doa puasa. Namun pada waktu ini Tuhan berkehendak lain. Keadaan tidak berubah menjadi baik, bahkan menjadi lebih buruk. Pada usia kandungan sembilan bulan, dokter menyatakan bahwa bayi yang ada di dalam kandungannya mengalami kelainan yang disebut sebagai spina bifida, atau yang umum disebut sebagai sumbing tulang belakang. Itu terjadi karena vertebra tulang belakangnya tidak berkembang dengan sempurna. Kelainan itu terjadi diantara 1 berbanding 100.000 kelahiran. Dokter menyatakan lebih lanjut lagi bahwa bayi yang ada di kandungannya mengalami hidrosephalus, pembengkakan cairan di kepala yang menekan pertumbuhan otaknya. Dokter menasihatkan agar janin itu dibuang saja. Bayangkan, bayi itu sudah berusia sembilan bulan dan siap untuk dilahirkan. Para dokter berusaha meyakinkan kedua orang tua Kezia bahwa janin itu tidak ada gunanya dipertahankan, akan menimbulkan banyak masalah jika  dilahirkan, disarankan agar bayi itu digugurkan saja. Dengan hati yang hancur, kedua orang tua Kezia berkeras berkata: ”Tidak”. 
Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit di dalam kendaraan, mereka terdiam satu sama lain. Namun sekalipun mereka tidak berbicara satu sama lain, sama-sama pikiran mereka dipenuhi dengan pertanyaan yang sama: ”Mengapa Tuhan? Mengapa Tuhan tidak melakukan mukjizat-Nya? Sama seperti yang dilakukan terhadap Jeremy? Mengapa ada spina libida? Mengapa kena hidrocephalus?” Pertanyaan ”mengapa” dan sejuta pertanyaan lain memenuhi pikiran mereka. Namun tak ada satupun pertanyaan itu terjawab. Seakan-akan Tuhan berdiam diri dan memalingkan wajah-Nya dari mereka. 
Sesampai di rumah pada malam harinya, sang mama mendapati suaminya sedang termenung di sudut kamar tidur. Dia tidak tahu apa yang sedang diperbuat suaminya. Beberapa saat kemudian suaminya bangkit menghampiri dan memeluk istrinya. Sambil menangis suaminya berkata, ”Aku bisa menerima kelahiran anak ini walaupun aku belum bisa mengerti. Baru saja aku bercakap-cakap dengan seorang Pribadi di dalam ruangan ini. Dan Pribadi itu mengajarkan kepadaku apa arti berkorban karena kasih. Sama seperti apa yang telah Dia lakukan bagi kita. Dia telah berkorban di kayu salib karena kasih-Nya bagi kita.”
3 September 2001 Kezia lahir. Di hari pertama kelahirannya Kezia harus berhadapan dengan meja operasi. Seluruh dokter yang menangani operasi mengatakan bahwa Kezia tidak akan dapat berumur panjang. Akhir Desember tahun 2011 setelah sepuluh tahun, Jeffry masih bisa berkesempatan makan malam bersama Kezia. Sejak kelahirannya sampai saat ini entah sudah berapa ratus kali Kezia menjalani operasi. Pada waktu makan malam itu betapa Kezia bercerita dengan penuh semangat. Pada setiap kali Kezia pergi ke rumah sakit untuk menjalani terapi, setiap kali dia pergi ke rumah sakit untuk menjalani operasi, dengan kursi rodanya, Kezia keliling rumah sakit itu, dia kuatkan orang-orang yang dijumpainya, para pasien yang sakit ringan ataupun berat. Dia masuki kamar demi kamar perawatan. Dia datangi pasien demi pasien. Dia doakan mereka satu demi satu. 
Kezia tidak pernah mau menyerah. Dia tidak pernah mau menyerah sedikitpun atas keadaannya. Apakah diantara anda ada yang mau menyerah?
”Di saat hidupku seakan tak berdaya,
Namun kutetap kuatkan hatiku,
Karna kutahu hidupku dalam tangan-Mu
Pengharapanku hanya kepada-Mu
Tetap kupercaya, tetap kumelihat
Kau bekerja menurut cara-Mu
Tetap kupercaya, tetap kuberharap
Kau berkuasa di dalam hidupku.”
Album: "Tiada Kata Terlambat" – Jeffry S. Tjandra
Ini bukan dosa Kezia, juga bukan dosa orang tuanya, tetapi pekerjaan Tuhan harus dinyatakan lewat hidup Kezia. Oleh karena itu kemanapun Jeffry melayani, dia selalu ingin agar jemaat mendoakan Kezia. Lewat Kezia, Tuhan akan melakukan sesuatu. Dalam penderitaannya Kezia selalu mendoakan orang lain dan suka bernyanyi bagi Tuhan.
Tepat minggu lalu, tgl 22 April 2012, selesai Jeffry melayani ibadah di Surabaya, Jeffry didatangi seseorang. ”Saya adalah oomnya Kezia!” Ternyata dia kakaknya papa Kezia. ”Seharusnya dia terang ke Ujung Pandang, tapi saya tidak dapat tiket.” Tetapi temannya kirim SMS bahwa Jeffry Tjandra melayani di Surabaya, dan dia dituntun Tuhan beribadah di gereja itu. Selama ibadah dia dilawat Tuhan dengan luar biasa. 
Sebenarnya Jeffry menerima foto-foto tentang Kezia, ketika dioperasi dan ketika diterapi. Namun karena Jeffry melihat foto-foto itu mengenaskan, membuat miris, dan khawatir ada jemaat yang tidak kuat melihat foto-foto Kezia, dia menyimpan saja foto-foto Kezia.
”Pada waktu kamu cerita tentang Kezia, saya terkejut. Sayalah orang pertama yang menentang kelahiran Kezia di muka bumi ini.” Sejak saat itu dia putus hubungan. Selama 10 tahun tidak kontak. ”Saya akan menelpon keluarga Kezia,” kata oomnya pada malam itu. Mengapa oomnya menentang kelahiran Kezia? Karena urusan Kezia telah menghabiskan banyak harta keluarga besar papa Kezia. Mobil dan rumah keluarga besar telah dijual demi pengobatan Kezia. Keuangan papa Kezia di Singapura juga menjadi sangat sulit karena besarnya biaya operasi yang sering dilakukan.
Saat Jeffry kirim BBM kepada mama Kezia, dia terkejut sekali. Selama ini oom Kezia tidak pernah ke gereja. Mengapa hari Minggu 22 April itu, oom Kezia bisa ke gereja? Tuhanlah yang menuntun agar keluarga besar ini menjadi harmonis kembali.
Dua minggu yang lalu, penopang tulang punggung dari dada sampai perutnya harus dilepas karena sangat menyakitkan. Proses ini harus dilakukan paling lambat 3 bulan sejak akhir April lalu. Kezia perlu dana SGD 25 ribu, dan yang urgent sebesar SGD 12 ribu. Sebuah panitia dipimpin pendeta dari Surabaya sedang mengumpulkan dana sebesar SGD 12 ribu. Jeffry juga akan menyerahkan keuntungan dari penjualan DVD/CD album rohani ”Tiada Kata Terlambat” untuk pengobatan Kezia.  
Ada banyak orang selalu menuntut bukti untuk bisa mempercayai Tuhan. Kita tidak perlu menjadi seperti Thomas: ”Jika aku sudah melihat bekas paku di tangan-Nya, baru aku percaya.” Tuhan Yesus berkata, ”Engkau sendiri telah melihat, maka engkau percaya. Berbahagialah orang yang tidak melihat, namun percaya.” Kezia belum melihat kesembuhan total, namun ia percaya tak ada yang mustahil, mukjizat masih ada. 
Video kesaksian Kezia Angeline 

Share this article :

6 comments:

  1. kadang kita menganggap, dalam hidup ini semuanya mukjizat atau hidup ini tidak ada mukjizat sama sekali...
    :)

    BalasHapus
  2. @Dihas Enrico : mukjizat pasti akan terjadi, dan pertolongan Tuhan tdk akan pernah terlambat ... Jbu :)

    BalasHapus
  3. Aku sampai nangis waktu artikel ini...hiks...hiks...hiks... -Rudyanto Lay

    BalasHapus
  4. @rudyantolay : saia juga hampir nangis :(

    BalasHapus
  5. ohhhh ini bukan kamu yaa?? Abis namanya samaa :D

    BalasHapus
  6. @Kezia Margaret : hahahaa bukan, thanks comment nya

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...