Senin, 28 Mei 2012

Berapa Harga Sebuah "Mukjizat" (Kisah Seorang Gadis Berusia 8 Tahun)


Inilah kisah tentang Tess yang menakjubkan. Tess adalah seorang gadis delapan tahun yang cerdas. Pada suatu hari ia mendengar ayah dan ibunya berbicara serius tentang adiknya, Andrew. Tess tidak mengerti apa yang mereka katakan, namun ia tahu satu hal: adiknya, Andrew, sangat sangat sakit dan mereka tidak punya uang. Mereka akan terpaksa menjual rumah itu dan pindah ke ruang apartemen yang lebih kecil karena ayah dan ibunya tidak cukup punya uang untuk membayar dokter dan biaya pengobatan adiknya. Selain itu hanya dengan pembedahan yang biayanya sangat mahal dapat menyelamatkan Andrew sekarang ini, dan tak ada seorangpun yang dapat meminjamkan uang kepada mereka. Pada waktu itu Tess mendengar, “Hanya mukjizat yang dapat menolong Andrew saat ini.”
Tess berlari ke kamarnya, mengambil sebuah toples jelly dari tempat persembunyiannya. Ia mengeluarkan semua uang recehan dari dalam toples itu dan menggelarnya di lantai dan menghitungnya dengan teliti. Ia memasukkan kembali uang recehan itu ke toples dan membawanya ke luar, ke Apotik Rexall, enam blok jauhnya dari rumahnya.

Petugas apotik sedang berbicara dengan seorang pria dengan serius dan tidak memperhatikan Tess yang masuk ke sana. Tess menanti dengan sabar dan berdehem agak keras untuk menarik perhatiannya, tapi rupanya belum berhasil, petugas apotik tidak melihatnya.

Akhirnya Tess dapat menarik perhatian petugas itu ketika ia meletakkan toples jelly di atas lemari kaca apotik. Petugas itu melihat kepadanya dan berkata, “Tunggu sebentar ya. Saya sedang berbicara dengan saudara saya dari Chicago yang sudah lama tidak ketemu.”

“Baiklah,” kata Tess, “saya ingin membicarakan adik saya. Ia sangat, sangat sakit dan saya ingin beli “mukjizat”. Namanya Andrew dan di kepalanya ada sesuatu yang membuatnya sakit dan ayah saya bilang bahwa hanya mukjizat yang dapat menyelamatkan adik saya sekarang. Jadi, berapa harga sebutir ‘mukjizat’? Saya bawa uang untuk membelinya. Itulah semua uang yang saya tabung selama ini. Kalau itu tidak cukup, saya akan cari uang lagi. Berapa sih harga sebutir ‘mukjizat’?”

Saudara petugas apotik itu adalah seorang yang berpenampilan sangat parlente. Ia jongkok menghadapi Tess dan bertanya,”Mukjizat macam apa yang dibutuhkan adikmu?” “Aku tak tahu pasti,” jawab Tess dengan mata kebingungan. “Saya hanya tahu ia sangat kesakitan dan ibu saya bilang ia perlu dioperasi. Tetapi orang tua saya tidak punya uang, maka saya akan pakai uang saya.”

“Berapa yang kamu punya?” tanya pria dari Chicago itu.
“Saya punya uang satu dollar sebelas sen!” kata Tess dengan bangga. “Itulah semua yang saya punya, tetapi saya akan dapatkan lagi kalau saya perlu.”
“Wah, kamu beruntung sekali,” kata pria itu sambil tersenyum. “Satu dollar sebelas sen itu pas sekali untuk membeli ‘mukjizat’ bagi adikmu.”

Pria itu menerima uang dari Tess dan menggandeng lengan anak itu sambil berkata, “Antarkan saya ke rumahmu. Saya ingin melihat adikmu dan bertemu orang tuamu. Ayo kita lihat, apakah saya punya jenis mukjizat yang kamu butuhkan.”

Pria dari Chicago itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah otak. Operasi di kepala Andrew berhasil dilaksanakan tanpa biaya dan tidak berapa lama kemudian Andrew pulang kembali ke rumah. Ibu Tess sangat berterima kasih. “Pembedahan itu,” kata ibunya,”benar-benar mukjizat yang nyata.” Dan ia kemudian berkata, ”Saya tak tahu berapa nilai mukjizat itu!”

Tess tersenyum. Ia tahu dengan persis berapa harga mukjizat itu: satu dollar sebelas sen, ditambah dengan belas kasih seorang dokter spesialis terkenal, ditambah kasih seorang kakak perempuan. Orang bisa bilang,”Ah, cuma satu dollar sebelas sen”. Tapi itulah semua uang yang Tess miliki. Ia memberikan semua uangnya demi menyelamatkan nyawa adiknya, dan itulah pemberian luar biasa.
Share this article :

6 comments:

  1. pencerahan yang baik bahwa kepasrahan dan keikhlasan dapat membuat sebuah mukjijat.
    nice share.

    sudah memfollow #3.

    BalasHapus
  2. @Cilembu thea : yap itu bener , thanks, GBU ... :)

    BalasHapus
  3. Aku gak tahan membaca artikel ini, aku sampe nangis...hiks...hiks...hiks... -Rudyanto Lay

    BalasHapus
  4. @rudyantolay : wew koko nangis trus, klo aq ga nangis, tp ngluarin air mata (eh sama aja ya, hihihii)

    BalasHapus
  5. Kepolosan anak kecil tersebut membuat Ko2 nangis, Tuhan mungkin juga nangis saat melihat kepolosan anak kecil tersebut

    BalasHapus
  6. @rudyantolay : klo buat Tuhan udah ga pake kata "mungkin" lagi, tapi udah nangis kali ya ko :'(

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...